web stats
Kamis, 07 November 2013



AKTIVA SUMBER ALAM 
            1.1 Pengertian Aktiva Sumber Alam
            Aktiva sumber alama yaitu aktiva tetap yang berasal dari sumber daya alam. Dimana aktiva ini masuk dalam aktiva tetap yang umurnya tidak terbatas seperti tanah untuk letak perusahaan, pertanian dan peternakan[1].
            1.2 Yang Termasuk  Aktiva Sumber Alam
-     Tanah
Tanah yang dimiliki dan digunakan sebagai tempat berdirinya perusahaan dicatat dalam rekening tanah. Apabila tanah itu tidak digunakan dalam usaha perusahaan maka dicatat dalam rekening investasi jangka jangka panjang.
Harga perolehan tanah terdiri dari berbagai elemen seperti :
  1. Harga beli
  2. Komisi pembelian
  3. Bea balik nama
  4. Biaya penelitian tanah
  5. Iuran – iuran (pajak – pajak) selama tanah belum dipakai
  6. Biaya merobohkan bangunan lama
  7. Biaya perataan tanah pembersihan dan pembagian
  8. Pajak – Pajak yang jadi beban pembelian pada waktu pembelian tanah
-          Tambang
Tambang merupakan aktiva sumber alam yang masanya terukur. Yaitu akan habis masa pakainya dan tidak bisa diganti dengan yang sama. Jika sumber ala mini habis, maka tidak bisa diperbaharui atau harus mencari tambang yang lain.
Jenis aktiva ini sangat jarang untuk dipertukarkan, karena sifatnya yang berada di dalam tanah dan juga tidak dapat disusutkan.
Harga perolehan tambang adalah :
a.       Harga beli.
  1. Komisi pembelian.
  2. Biaya penelitian tambang.
  3. Biaya pengeboran.
  4. Biaya perawatan tambang.
  5. Pajak-pajak hasil tambang.
-          Hutan atau Tumbuhan
Hutan juga termasuk aktiva sumber alam yang masa pakainya terbatas dan tidak bisa diganti dengan yang sama. Namun berbeda dengan tambang, hutan masih mampu direboisasi meskipun memerlukan jangka waktu yang lama.
Harga perolehan hutan atau tumbuhan :
a.       Harga beli.
b.      Biaya pengembangan.
c.       Biaya perawatan.
d.      Pajak hasil.

-          Hewan
Aktiva sumber ala mini terus bereproduksi, dan jika sudah tidak bereproduksi fungsinya akan disusutkan. Seperti contoh ayam petelur yang sudah tidak menghasilkan telur lagi akan disembelih.
Aktiva ini yang paling mudah untuk dipertukarkan karena mudah untuk dipindahkan.
Harga perolehan hewan yakni :
a.       Harga beli.
b.      Biaya perawatan.
c.       Harga penjualan.
Pencatatan aktiva sumber alam ini masuk pada aktiva tetap.


BAB II AKTIVA TAK BERWUJUD
2.1  Aktiva Tak Berwujud (INTANGIBLE ASSET)
Aktiva tak berujud adalah hak istimewa dan keuntungan kompetitif yang timbul dari pemilikan suatu aktiva yang berumur panjang, yang tidak memiliki wujud fisik tertentu. Bukti pemilikan aktiva tak berujud bisa berupa kontrak, lisensi atau dokumen lain.
Menurut PSAK, Aktiva tak berwujud adalah aktiva non moneter yang tidak memiliki wujud fisik, yang digunakan untuk memproduksi barang atau jasa, yang memberikan hak ekonomi dan hukum kepada pemiliknya dan dalam laporan keuangan tidak dicakup secarah terpisah dalam klasifikasi aktiva yang lain[2].
Aktiva tidak berujud kemungkinan timbul dari:
1.      Pemerintah : seperti hak paten, hak cipta, franchise, merek dagang dan nama dagang.
2.      Perusahaan lain : misalnya pembelian yang mencakup pembayaran untuk goodwill.
3.      Penjualan tertentu : seperti franchise dan lease.

2.2  Akuntansi Untuk Aktiva Tak Berwujud
Secara umum, akutansi untuk aktiva tak berujud yaitu sejalan dengan akutansi untuk aktiva tetap. Sama seperti aktiva tetap, aktiva berujud juga dicatat atas harga dasar harga perolehan dan harga perolehan ini dihapus secara rasional dan sistematis selama masa manfaat aktiva tak berujud tersebut. Jika pada suatu saat diberhentikan, maka nilai buku aktiva tak berujud dihapuskan dari pembukuan dan dicatat pula laba atau rugi penghentian (jika ada).
Namun terdapat sejumlah perbedaan antara akutansi aktiva tak berujud dengan akutansi aktiva tetap.
Pertama, istilah yang digunakan untuk menghapus aktiva tak berujud adalah amortisasi (bukan depresiasi).
Amortisasi sendiri adalah pengalokasian harga perolehan ke beban usaha (biaya), yang pada aktiva tetap dikenal dengan depresiasi (penyusutan). Penghitungan maupun pencatatan atas amortisasi sama saja dengan cara penghitungan maupun pencatatan atas penyusutan aktiva tetap berwujud.

Hal penting yang perlu diketahui :
a.   Amortisasi kebanyakan merupakan biaya usaha dan jarang digolongkan ke dalam harga pokok produksi, kecuali merk dagang yang memang digolongkan ke dalam kelompok harga pokok penjualan.
b.  Amortisasi lebih baik jika dihitung menggunakan metode garis lurus saja, karena pada dasarnya intangible asset tidak dipengaruhi, bahkan tidak ada hubungannya dengan output produk yang dihasilkan oleh perusahaan.

Metode amortisasi aktiva tak berwujud adalah metode garis lurus (straight line method), kecuali jika ada metode lain yang lebih sesuai dengan kondisi perusahaan. Laporan keuangan harus mengungkapkan metode dan periode amortisasi yang digunakan.
 Perusahaan harus mengevaluasi periode amortisasi aktiva tak berwujud secara teratur untuk memutuskan apakah peristiwa dan kondisi selanjutnya menuntut perubahan taksiran masa manfaat yang telah ditentukan. Jika taksiran masa manfaat berubah, maka jumlah harga perolehan yang belum diamortisasi harus dibebankan pada sisa masa manfaat yang baru, dengan syarat tidak boleh melebihi 20 tahun dari tanggal perolehan.
 Taksiran nilai dan manfaat masa depan suatu aktiva tak berwujud yang belum diamortisasi tersebut harus dikurangi dengan jumlah tertentu sebagai beban usaha dalam laporan laba rugi periode yang bersangkutan. Meskipun demikian, kerugian pada satu atau beberapa tahun tertentu secara berurutan tidak dapat dijadikan alasan untuk membebankan semua atau sebagian harga perolehan aktiva tak berwujud yang belum diamortisasi sebagai pembebanan luar biasa pada periode yang bersangkutan. Jika ada pembebanan luar biasa, maka alasan pembebanannya harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.
Periode amortisasi tidak boleh melebihi 20 tahun berdasarkan pertimbangan bahwa dalam 20 tahun sudah banyak perkembangan yang terjadi, sehingga untuk tenggang waktu selebihnya aktiva tak berwujud diperkiraan tidak lagi memiliki manfaat ekonomi. Oleh karena itu, meskipun analisa pada saat perolehan suatu aktiva tak berwujud menunjukkan masa manfaat yang melebihi 20 tahun, periode amortisasi tidak boleh melebihi 20 tahun.
Nilai aktiva tak berwujud pada akhirnya akan habis pada saat tertentu, sehingga harga perolehan aktiva tak berwujud harus diamortisasi secara sistematis selama taksiran masa manfaatnya dan tidak boleh dibebankan seluruhnya pada periode perolehan. Hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam menaksir masa manfaat suatu aktiva tak berwujud adalah sebagai berikut:
a)      Ketentuan hukum, peraturan, perjanjian yang membatasi masa manfaat maksimum.
b)      Kemungkinan untuk memperbarui atau memperpanjang batas masa manfaat yang telah ditentukan.
c)      Pengaruh keusangan, permintaan, persaingan dan faktor perubahan ekonom dan teknologi yang mempengaruhi masa manfaat.
d)     Prakiraan tindakan yang akan dilakukan oleh pesaing, pelaksana hukum/peraturan dan lainnya yang membatasi keunggulan dalam daya saing (competitive advantage).
e)      Adanya suatu masa manfaat yang tidak terbatas, dan masa manfaat yang diharapkan tidak dapat ditaksir secara wajar.
f)       Kemungkinan aktiva tak berwujud terdiri dari beberapa jenis/faktor yang mempunyai masa manfaat yang berbeda.
g)      Untuk menentukan masa manfaat aktiva tak berwujud secara wajar ma ka hal-hal tersebut di atas harus dianalisa terlebih dahulu. Taksiran masa manfaat yang wajar biasanya ditentukan dengan membuat batas atas dan batas bawah karena taksiran masa manfaat yang sesungguhnya sulit untuk ditentukan.
      Harga perolehan untuk setiap aktiva tak berwujud harus diamortisasi berdasarkan taksiran masa manfaat aktiva tersebut dan tidak boleh dibebankan seluruhnya pada periode perolehan. Untuk menentukan masa manfaat aktiva tak berwujud secara wajar, hal-hal yang dikemukakan sebelumnya harus dianalisa terlebih dahulu.Untuk mencatat amortisasi aktiva tak berujud maka rekening Biaya Amortosasi didebet dan rekening aktiva tak berujud yang bersangkutan dikredit. Alternatif lain, bisa juga dikredit rekening Akumulasi Amortisasi, seperti halnya akumulasi depresiasi pada aktiva tetap. Namun sebagian besar perusahaan memilih cara yang sederhana, yaitu dengan langsung mengkredit rekening aktiva tak berujud.

2.3 Karakteristik Aktiva Tak Berwujud
Aktiva tak berwujud mempunyai karakteristik penting, yaitu :
a)      Kurang memiliki eksistensi fisik, tidak seperti aktiva berwujud seperti property, pabrik, dan peralatan, aktiva tak berwujud memperoleh nilai dari hak dan keistimewaan atau privilege yang diberikan pada perusahaan yang menggunakannya.
b)      Bukan merupakan instrument keuangan, aktiva seperti deposito bank, piutang usaha, dan investasi jangka panjang dalam obligasi serta saham tidak memiliki substansi fisik, tetapi tidak diklasifikasikan sebagai aktiva tak berwujud. Aktiva ini merupakan instrument keuangan dan menghasilkan nilainya dari hak untuk menerima kas atau ekuivalen kas di masa depan.
c)      Bersifat jangka panjang dan menjadi subjek amortisasi, Aktiva tak berwujud menyediakan jasa selama periode bertahun tahun. Investasi dalam aktiva ini biasanya dibebankan pada periode masa mendatang melalui beban amortisasi periodik.
Akuntansi untuk aktiva tak berwujud mempunyai masalah yang sama dengan akuntansi aktiva jangka panjang lainnya, yaitu menentukan nilai terbawa awalnya, akuntansi untuk jumlah setelah akuisisi dalam kondisi bisnis normal (amortisasi), dan akuntansi untuk jumlah jika nilainya turun secara substansial serta terus-menerus.

2.4 Klasifikasi Aktiva Tak Berwujud
a)      Cara akuisisi (manner of acquisition). Aktiva tak berwujud dapat diperoleh dengan cara membelinya dari entitas lain. Seperti membeli waralaba atau paten dari orang lain. Cara lain untuk memperoleh aktiva tak berwujud ialah dengan cara membuatnya sendiri melalui operasi, contohnya : paten dan merek dagang.
b)      Dapat diidentifikasi (identifiability). Beberapa kativa tak berwujud dapat diidentifikasi secara terpisah dari perusahaan lainya. Contohnya hak pataen, merek dagang, dan waralaba. Aktiva tak berwujud lainya tidak dapat dipisahkan tetapi nilainya dapat diturunkan dari nilai aktiva yang berhubungan dengannya. Contohnya : goodwill, yang nilainya dibedakan atas beberapa faktor seperti loyalitas konsumen atas kualitas produk, dan bukan dari kepemilikan khusus.
c)      Dapat dipertukarkan (exchangeability). Beberapa aktiva tak berwujud dapat diidentifikasi dapat dijual maupun dibeli, dengan kata lain dapat dipertukarkan. Contohnya termasuk paten, merek dagang dan waralaba. Aktiva tak berwujud lainya, yang dapat dipertukarkan kecuali dengan menjual perusahaan itu juga. Contohnya : biaya organisasi. Tidak ada pihak lain yang mau membeli biaya organisasi ini secara terpisah (terlepas dari perusahaanya). Goodwill  termasuk contoh aktiva tak berwujud yang tidak dapat diidentifikasi dan tidak dapat dipertukarkan. Goodwill hanya akan mempunyai nilai jika dikombinasikan atau dihubungkan dengan aktiva lainya dan tidak dapat diperoleh kecuali dengan mengakuisisi aktiva lainya secara bersamaan.
d)     Periode manfaat yang diharapkan (period of expected benefit). Beberapa aktiva tak berwujud, seperti biaya organisasi, diharapkan dapat memeberikan manfaat kepada perusahaan dalam jangka waktu yang tidak terbatas. Contoh : paten memiliki umur hukum selama 17 tahun, dan periode manfaat leasehold yang dicantumkan dalam kontrak lease[3].

2.5 Prinsip Akuntansi Dasar untuk Aktiva tak berwujud
Akuntansi untuk aktiva tak berwujud melibatkan prinsip dan prosedur akuntansi serupa yang diaplikasikan untuk aktiva tak berwujud lainya, seperti properti, pabrik dan peralatan yaitu :
a)      Pada akuisisi menerapkan prinsip biaya.
b)      Selama periode penggunaan, menerapkan prinsip penandingan.
c)      Pada disposisi, menerapkan prinsip pendapatan. Keuntungan atau kerugian yang diakui atas pelepasan sama dengan selisih antara pertimbangan yang diterima.

2.6 Mencatat Biaya Pembelian Aktiva Tak Berwujud
Sesuai dengan prinsip biaya, aktiva tak berwujud harus dicatat pada saat diakuisisi dengan biaya ekuivalen kas saat ini. Biaya ini termasuk harga beli, biaya transfer dan hukum, dan setiap pengeluaran lainya yang berkaitan dengan akuisisi. Biaya akuisisi merupakan biaya pasar saat ini dari semua penukar yang diserahkan atau dari aktiva yang diterima, mana yang lebih dapat ditentukan.

2.7 Perlakuan akuntansi untuk berbagai jenis aktiva tak berwujud
Cara Akuisisi
Jenis
Pembelian
Dibuat secara internal
1. Aktiva tak     Berwujud yang dapat diidentifikasi secara terpisah ( hak paten, merek dagang, dan biaya organisasi )
1.Di kapaitalisasikan pada biaya akuisisi.

2. Diamortisasi selama umur hukum atau estimasi masa manfaat mana yang lebih singkat dengan umur maksimum 40 tahun
1. Dibebankan atau dikapitalisasi tergantung pada aktiva tak berwujud tertentu.
2. Jika dikapitalisasi, akan di amortisasi sebagai aktiva tak berwujud yang dibeli.
2.Aktiva tak berwujud yang tidak dapat diidentifikasi secara terpisah ( goodwill )

1. Dibebankan pada saat terjadinya.
2. Tidak tersedia pilihan untuk pengkapitalisasian, sehingga tidak akan ada amortisasi


2.8 Mencatat Biaya Aktiva Tak Berwujud yang Dibuat secara Internal.
Terkadang perusahaan membuat sendiri aktiva tak berwujud, seperti paten. Hanya biaya yang secara spesifik dapat diidentifikasi dari pembuatan aktiva tak berwujud tersebut hanya akan diidentifikasi. Jadi, walaupun perusahaan telah mengeluarkan biaya penelitian yang sangat besar untuk membentuk hal yang dipatenkan, namun hanya biaya untuk mendapatkan paten tersebut yang dikapitalisasi sebagai aktiva.
Karena kendala ini, biaya yang dikapitalisasi untuk aktiva tak berwujud yang dibuat secara internal mungkin tidak mencerminkan nilainya, sedangkan biaya yang dikapitalisasi untuk aktiva tak berwujud yang dibeli melalui transaksi yang wajar diasumsikan mencermikan nilainya.

2.9Amortisasi Biaya Aktiva Tak Berwujud
Beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam memperkirakan umur aktiva tak berwujud, seperti :
a)      Ketentuan hukum, peraturan, atau kontraktual yang dapat membatasi umur manfaat maksimum.
b)      Ketentuan untuk pembaruan ( renewal ) atau perpanjangan ( extension ) yang dpat mengubah batas umur masa manfaat aktiva tersebut.
c)      Pengaruh keusangan, permintaan, dan factor ekonomis lainya yang dapat mengurangi umur manfaat.
d)     Perkiraan umur pelayanan ( service life ) dari seorang atau kelompok pegawai.
e)      Tindakan yang diharapkan dilakukan pesaing dan pihak lainya yang dapat membatasi keunggulan kompetitif yang sudah ada.
f)       Umur manfaat yang tidak terbatas dan masa manfaat yang tidak dapat diproyeksikan dengan layak.
g)      Apakah aktiva tak berwujud itu terdiri dari berbagai factor individual dengan umur manfaat efektif yang bervariasi.
Menurut sifatnya tersebut, maka aktiva tak berwujud jarang mempunyai nilai residu. Biaya aktiva  tak berwujud yang tidak memiliki masa umur manfaat yang dapat ditentukan atau umur hukum tidak terbatas juga harus diamortisasi berdasarkan estimasi umur manfaatnya.

2.10 Penurunan Nilai Aktiva Tak Berwujud
Jika jumlah yang tidak didiskontokan atas arus kas masuk yang diharapkan dari penggunaan aktiva tak berwujud yang dapat diidentifikasi lebih kecil dari nilai buku yang belum diamortisasikan, maka aktiva tak berwujud disesuaikan ke nilai wajarnya. Kerugian penurunan ini langsung diakui sebesar perbedaan antara nilai buku dan nilai wajar. Nilai buku aktiva yang telah direvisi akan diamortisasi selama sisa umur manfaat aktiva tersebut, tetapi periode amortisasi tidak lebih dari 20 tahun.

2.11 Penyusutan Aktiva Tetap Berwujud
Penyusutan yaitu penurunan manfaat secara periodik atau pengalokasian harga perolehan aktiva secara sistematik selama masa manfaat dari aktiva bersangkutan.

             2.12 Akuntansi untuk penyusutan
Ada 3 faktor yang harus dipertimbangkan dalam penyusutan:
a. Harga perolehan (cost) : Harga perolehan suatu aktiva meliputi seluruh pengeluaran yang berkaitan dengan perolehan dan penyiapannya untuk dapat digunakan.
b. Nilai residual atau nilai sisa (residual value / salvage value) : Jumlah yang diperkirakan dapat direalisasikan pada saat aktiva tersebut tidak digunakan lagi.
c. Masa atau umur manfaat aktiva tetap : Aktiva tetap memiliki masa manfaat terbatas. Keterbatasan tersebut karena berbagai faktor seperti keausan, kecacatan, kemerosotan nilai, kerusakan (kecuali tanah).

2. 13 Penggunaan metode penyusutan
Ada 4 metode penyusutan aktiva tetap yang dikenal secra umum yaitu:
a. Metode Garis Lurus (Straight-Line Method)
b. Metode Unit Produksi (Units-of-Production Method)
c. Metode saldo menurun (Declining Balance Method)
d. Metode jumlah angka tahun (Sum-of-the-Years-Digits Method)

2.14 Pelepasan Aktiva Tak Berwujud
Ketika sebuah aktiva tak berwujud dijual, dipertukarkan, atau dilepaskan, biaya yang belum diamortisasi harus dihilangkan dari akun keuntungan atau kerugian pelepasan diakui dan dicatat. Keuntungan atau kerugian adalah sama dengan perbedaan antara hasil bersih dari pelepasan dan biaya yang belum diamortisasi.

            2.15 Aktiva Tak Berwujud Yang Dapat Dipertukarkan
Aktiva Tak Berwujud yang dapat dipertukarkan adalah adalah aktiva tak berwujud yang dapat diidentifikasi sebagian dari aktiva lainnya dan dapat dijual secara terpisah. Contohnya : mencangkup hak paten, hak cipta, merek dagang, dan waralaba, biaya organisasi.
a.       Hak Paten
Hak paten adalah hak istimewa yang dikeluarkan oleh pemerintah yang memberikan kewenangan kepada pemegang hak untuk memproduksi, menjual dan mengawasi penemuannya dalam jangka waktu tertentu sejak hal tersebut diberikan. Suatu hak paten biasanya tidak dapat diperbaharui, jangka waktunya bisa diperpanjang dengan memberikan hak paten yang baru, apabila terdapat perbaikan atau perubahan pada rancangan dasar penemuan yang lama.
Harga perolehan suatu aktiva-aktiva tak berujud adalah kas (atau ekulivalensinya) yang dibayarkan untuk mendapatkan hak paten. Hak paten seolah-olah diberi oleh pemerintah. Dengan adanya hak ini, pemegang hak paten menjadi terlindung dari kemungkinan adanya pelanggaran oleh pesaing. Perlindungan dari pesaing sangat berguna bagi perusahaan dalam mengamankan upaya memperoleh laba melalui penjualan barang atau jasa.
Itu sebabnya perusahaan yang berhasil menemukan suatu produk baru, tidak segan-segan untuk mengeluarkan sejumlah uang demi memperoleh hak paten dari pemerintah, agar pihak lain (pesaing) tidak dibenarkan untuk memproduksi dan menjual temuan baru tersebut. Pengeluaran untuk memperoleh hak paten dicatat dalam rekening Hak Paten (sering disingkat Paten) dan diamortisasi selama masa tertentu.
Harga perolehan hak paten harus diamortisasi selama masa berlaku hak tersebut atau selama masa manfaatnya, tergantung mana yang lebih pendek. Dalam menentukan masa manfaat, perusahaan harus mempertimbangkan kapan penemuan diperkirakan akan mulai ketinggalan jaman, atau tidak memadai lagi dan faktor-faktor lainnya yang menyebabkan hak paten menjadi tidak ekonomis lagi sebelum akhir masa berlaku hak tersebut.
Untuk memberikan gambaran mengenai perhitungan biaya paten, missal : PT Erwin Megah membeli hak paten dengan harga perolehan Rp. 60.000.000. Masa manfaat hak tersebut diperkirakan 8 tahun. Dengan demikian amortisasi per tahun adalah Rp. 7.500.000 (Rp. 60.000.000 : 8). Jurnal untuk mencatat amortisasi tahunan adalah sebagai berikut.

Des 31        Biaya Paten ……………………………..  Rp.  7.500.000
                                 Hak Paten …………………………        Rp. 7.500.000
       ( untuk mencatat amortisasi hak paten )

Biaya paten dikelompokan dalam laporan rugi-laba sebagai biaya operasi.
b.      Hak Cipta  
Hak cipta adalah hak yang diberikan oleh pemerintah, yang memberikan hak istimewa kepada pemegang hak tersebut untuk memproduksi dan menjual suatu karya seni atau karya tulis. Harga perolehan suatu hak cipta terdiri dari pengeluaran untuk mendapatkan dan mempertahankan hak tersebut.
Maka manfaat suatu hak cipta biasanya lebih pendek daripada masa berlakunya. Mengingat sulitnya penentuan masa manfaat suatu hak cipta, maka hak cipta biasanya diamortisasi dalam periode waktu yang relatif pendek.
c.       Merek Dagang atau Nama Dagang
Merek dagang atau nama dagang adalah kata, rangkain kata, logo, atau simbol yang membedakan atau memberi identitas suatu perusahaan tertentu atau produk tertentu.
Contohnya seperti Lux, Pepsodent, Indomie, atau Coca Cola. Nama dagang mempunyai manfaat yang sangat besar bagi perusahaan dan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pemasarannya. Penemu atau pemakai pertama dapat memperoleh hak istimewa untuk menggunakan merek dagang atau nama dagang atau mendaftarkannya pada pemerintah.
Apabila merek dagang atau nama dagang dibeli, maka harga perolehan hak tersebut adalah harga belinya.Apabila dikembangkan sendiri oleh perusahaan, maka hara perolehan meliputi biaya hukum, biaya pendaftaran, biaya perancangan dan pengeluaran-pengeluaran lain yang langsung berhubungan dengan perolehan hak tersebut.
Seperti halnya aktiva tak berujud lainnya, hak merek harus diamortasikan selama masa manfaat atau masa berlakunya, tergantung mana yang yang lebih pendek. Mengingat sulitnya penentuanmasa manfaat suatu hak merek, biasanya dtetapkan jangka waktu yang relatif pendek.
d.      Franchise (Waralaba) dan License (Perijinan)
Franchise adalah Adalah hak yang diperoleh untuk melakukan suatu usaha tertentu, atau memasarkan produknya, sekaligus mengikuti pola usaha, cara pengelolaan, penggunaan logo maupun penggunaan alat usaha tertentu yang aslinya dimiliki oleh perusahaan yang memberikan hak franchise.
Misalnya : Kentucky Fried Chicken, California Fried Chicken, Mac Donald, atau Pizza Huts.
Periijinan adalah hak perusahaan yang diperoleh dari pihak pemerintah baik daerah maupun pusat untuk melakukan suatu aktivitas tertentu terkait dengan bidang usahanya. Ijin-ijin perusahaan tentu ada jangka waktunya, dan jika masa berlakunya telah habis maka ijin tersebut harus diperpanjang atau diperbaharui. Namun demikian ijin usaha atau aktivitas tertentu atas terkait dengan usaha biasanya memiliki jangka waktu 3 sampai 30 tahun, yang artinya lebih dari satu tahun buku. Untuk itu Ijin diakui sebagai aktiva tetap tak berwujud.
Franchise dan lisensi bisa diberikan untuk waktu terbatas, atau terbatas dengan kemungkinan perpanjangan waktu, atau tidak terbatas. Harga perolehan suatu hak franchise dan lisensi ialah semua pengeluaran yang diperlukan untuk mendapatkan hak tersebut. Bila jangka waktunya terbatas, maka harga perolehan suatu hak franchise dan lisensi adalah semua pengeluaran yang diperlukan untuk mendapatkan hak tersebut. Bila jangka waktunya terbatas, maka harga perolehan franchise (atau lisensi) harus diamortasi sebagai biaya operasi selama jangka waktu ijin pengoperasian hak tersebut.
Namun apabila jangka waktunya tidak terbatas, maka amortisasi dilakukan selama jangka waktu ijin pengoprasian hak tersebut. Namun apabila jangka waktunya tidak terbatas, maka amortisasi dilakukan selama jangka waktu yang ditentukan dengan taksiran yang wajar. Jika dalam jangka perjanjian franchise tesebut pihak pemegang hak diwajibkan membayar secara tahunan, maka pembayaran tersebut diperlakukan sebagai biaya operasi pada periode dilakukan pembayaran.
e.       Lease hold (Hak sewa)
Adalah hak yang diperoleh atas suatu sewa aktiva tertentu (sewa tempat usaha, sewa gedung, sewa mesin) yang biasanya menggunakan kurun waktu tertentu, disahkan oleh pejabat pembuat akte (notaris).
Hak sewa dinyatakan sebagai aktiva tetap (tak berwujud) karena dua alasan :
a)      Hak sewa memberikan kontribusi nyata bagi perusahaan, atau dengan kata lain, atas sumber daya (dana) yang dikeluarkan diharapkan hak sewa akan memberikan manfaat kembali (berpotensi menghasilkan kas atau manfaat) di masa yang akan datang.
b)      Manfaat yang akan diterima oleh perusahaan atas kepemilikan hak sewa, akan dinikmati oleh perusahaan untuk periode waktu lebih dari satu tahun buku.
f.       Hak Penggandaan (Copyright)
Copyright adalah hak yang berikan atas suatu penulisan, baik itu berupa karya ilmiah, puisi, novel, maupun lyric lagu, notasi lagu/irama tertentu, script atau scenario film tertentu. Copyright meliputi hak untuk memperbanyak dan mengedarkannya.
g.      Biaya Organisasi
Biaya yang timbul dalam bentukan suatu organisasi perusahaan disebut biaya organisasi. Biaya tersebut meliputi pengeluaran untuk biaya jasa yang dibayarkan kepada underwriters untuk pengurusan saham dan obligasi, biaya pengurusan ijin dan akte pendirian dan biaya promosi untuk pengenalan kepada organisasi kepada masyarakat.
Biaya-biaya tersebut dikapitalisasi sebagai aktiva tak berujud dengan nama Biaya Organisasi. Sebenarnya biaya organisasi akan bermanfaat selama hidup perusahaan, tetapi dalam praktik perusahaan menetapkan masa manfaat dengan taksiran tertentu yang dianggap wajar. Seperti halnya aktiva tak berujud lainnya, biaya organisasi juga diamortisasi selama jangka waktu tertentu.
h.      Goodwill
Aktiva tak berujud terbesar yang biasanya nampak dalam neraca perusahaan adalah goodwill.
Goodwill adalah segala atribut yang memberi nilai atau citra yang menguntungkan yang melekat pada suatu perusahaan.
Dalam hal ini termasuk diantaranya: manajemen yang istimewa, lokasi yang strategis, hubungan baik dengan para konsumen, karyawan yang terlatih, produk dengankualitas tinggi, hubungan yang harmonis dengan para karyawan.
Hal-hal yang positif seperti ini apabila dimiliki perusahaan, akan menaikkan nilai perusahaan. Semakin banyak hal positif yang dimiliki perusahaan, maka akan bertambah semakin tangguh pula perusahaan itu. Ada yang berpendapat bahwa goodwill mencerminkan keuntungan yang diharapkan diatas keuntungan normal. Oleh karena itu goodwill merupakan suatu aktiva tak berujud yang berbeda dari aktiva tak berujud lainnya. Goodwill tidak bisa dijual tanpa mengalihkan atau menjual perusahaannya, karena goodwill hanya dapat diindetifikasi dengan perusahaan sebagai keseluruhan.
Persoalan yang timbul apabila goodwill hanya dapat diindetifikasi dengan perusahaan secara keseluruhan adalah bagaimana menentukan besarnya goodwill tersebut. Berbagai faktor seperti disebutkan di atas (manajemen yang istimewa, lokasi yang strategis dan sebagainya) banyak ditemukan pada berbagai perusahaan, tetapi menentukan besarnya goodwill sangat sulit dan sangat subyektif. Hal ini mudah dimengerti, karena penentuan goodwill tanpa melalui transaksi pertukaran akan menyebabkan penilain menjadi subyektif dan laporan keuangan menjadi kurang dapat dipercaya. Oleh karena itu, goodwill akan hanya dicatat apabila timbul dari transaksi pertukaran yang meliputi pembelian perusahaan secara keseluruhan[4].

2.16 Biaya Research Dan Pengembangan
Biaya research dan pengembangan bukan aktiva tak berujud, tetapi karena pengeluaran-pengeluaran ini berhubungan dengan hak paten dan hak cipta maka pengeluaran tersebut akan dibahas pada makalah ini. Banyak perusahaan melakukan pengeluaran yang cukup besar jumlahnya untuk keperluan research dan pengembangan dalam rangka mendapatan produk baru atau proses yang lebih baik. Pada perusahan-perusahaan raksasa seperti IBM, Toyota, atau Mitsubishi, pengeluaran untuk keperluan ini mungkin melebihi anggaran belanja sebuah negara sedang berkembang.
Research dan pengembangan memiliki sejumlah masalah akuntansi: (1) kadang-kadang sulit untuk mengaitkan pengeluaran pada proyek tertentu, dan (2) seringkali terdapat ketidakpastian mengenai manfaat dari pengeluaran tersebut, baikbesarnya maupun kapan manfaat tersebut akan diperoleh. Oleh karena itu pengeluaran untuk research dan pengembangan biasanya dicatat sebagai biaya pada waktu terjadi pengeluaran. Pengeluaran seperti ini tidak memperhatikan apakah pengeluaran akan berhasil atau tidak berhasil:
Sebagai contoh, semisal PT Ardi Perkasa melakukan pengeluaran sebesar Rp. 30.000.000,00 untuk biaya research dan pengembangan. Research dan pengembangan ini telah menghasilkan dua penemuan yang sangan berhasil dan telah memperoleh dua hak paten. Walaupun demikin, pengeluaran untuk research dan pengembangan tidak dapat dimasukkan dalam harga perolehan hak paten, melainkan tetap harus diperlakukan sebagai biaya pada periode dikeluarkannya biaya tersebut.
Banyak ahli tidak menyetujui pendekatan akuntansi ini. Mereka berpendapat bahwa dengan memperlakukan pengeluaran research dan pengembangan sebagai biaya, akan menyebabkan aktiva dan laba bersih menjadi terlalu rendah. Namun pihak lain berpendapat, bahwa dengan mengkapitalisasi pengeluaran ini hanya akan menimbulkan aktiva yang sifatnya sangat spekulatif dalam neraca. Pendapat mana yang benar sangat sulit untuk ditentukan. Perbedaan pendapat ini menunjukan betapa sulitnya menetapkan suatu acuan yang tepat dalam pelaporan keuangan.

      2.17 Penyajian Dalam Laporan Keuangan 
Pada umumnya aktiva tetap dilaporkan bersama-sama dengan sumber alam, tetapi aktiva tidak berujud dilaporkan tersendiri setelah aktiva tetap. Pelaporan harus cukup jelas dan bila perlu diberi catatan tambahan, baik dalam laporan itu sendiri atau dalam catatan atas laporan keuangan. Selain itu, metoda depresiasi atau amortisasi yang digunakan juga harus dijelaskan dan jumlah depresiasi atau amortisasi untuk tahun yang bersangkutan juga disebutkan.
Contoh penyajian aktiva tetap, sumber alam dan aktiva tak berujud dalam neraca adalah sebagai berikut:

PT. Sepuntene
Neraca sebagian
       Aktiva Tetap
       Tambang batu bara, atas dasar
  Harga perolehan, dikurangi deplesi ……                        Rp 95.400.000
       Gedung dan peralatan, atas
  Dasar harga perolehan ………..  Rp 2.207.100.000
       Kurangi: Akumulasi depresiasi               1.229.000.000

                                                                                              987.100.000
  Jumlah aktiva tetap …………….                               Rp 1.073.500.000
       Aktiva tak berujud
  Hak Paten …………………………                                   410.000.000
  Jumlah ……………………………..                          Rp 1.483.500.000



[1] Akuntansi  Unsika.wordpress.com
[2] Lisvery, Saoria dan Irma Yosepine. Aktiva tak berwujud. 2004. hal 2
[3] ibid 2
[4] Une Site Aktiva Tetap dan Aktiva Tak Berwujud.html

0 komentar:

Posting Komentar