PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kemiskinan selalu menjadi topik yang menarik untuk dibicarakan,
karena topik ini merupakan isu sentral dalam pembangunan di Indonesia dan tidak kunjung terselesaikan. Usaha pemerintah Indonesia untuk menurunkan tingkat kemiskinan, yang
telah dilakukan baik tingkat nasional maupun daerah, tampaknya belum membuahkan
hasil yang maksimal. Bahkan beberapa daerah di
Indonesia mempunyai tingkat kemiskinan yang tinggi saat ini.
Di negara-negara kaya
atau miskin timbul rasa kecewa terhadap usaha-usaha untuk mengejar pertumbuhan
ekonomi sebagai sasaran utama pembangunan. Di Negara maju, titik berat mereka
tidak lagi pada pencapaian tingkat pertumbuhan ekonomi pada skala tertentu,
melainkan lebih bergeser pada peningkatan kualitas kehidupan. Sedangkan di
Negara miskin, perhatian utama justru dipusatkan pada masalah yang menyangkut
pertumbuhan dalam kaitannya dengan distribusi pendapatan[1].
Kemiskinan, pertumbuhan ekonomi dan distribusi pendapatan merupakan
tiga variabel yang dapat menjelaskan mengenai kinerja pembangunan suatu
negara. Pertumbuhan ekonomi diharapkan
dapat mengurangi kemiskinan dan memperbaiki distribusi pendapatan. Ternyata
pertumbuhan ekonomi di beberapa provinsi di Indonesia tidak selalu
mengakibatkan terjadinya penurunan jumlah penduduk miskin dan perbaikan
distribusi pendapatan.
Dalam makalah ini akan
dibahas sedikit mengenai hubungan pertumbuhan, kemiskinan dan distribusi
pendapatan, dimana diharapkan mampu menjadi tambahan sedikit pengetahuan.
2. Rumusan Masalah
Sesuai latar belakang
diatas, maka perumusan masalah makalah ini adalah :
-
Apa arti pertumbuhan, kemiskinan dan
distribusi pendapatan ?
-
Bagaimana hubungan pertumbuhan, kemiskinan
dan distribusi pendapatan ?
3. Tujuan Penulisan
Mengacu pada rumusan
masalah, tujuan penulisan makalah ini ialah :
-
Agar mengetahui arti pertumbuhan,
kemiskinan dan distribusi pendapatan.
-
Untuk memahami hubungan pertumbuhan,
kemiskinan dan distribusi pendapatan.
ARTI PERTUMBUHAN, KEMISKINAN, dan
DISTRIBUSI PENDAPATAN
Pada awal
periode orde baru hingga akhir dekade 1970-an strategi
pembangunan ekonomi lebih terfokus pada bagaimana mencapai suatu laju
pertumbuhan yang tinggi dalam suatu periode yang sangat singkat. Pada akhir
dekade itu strategi pembangunan diubah , tidak lagi hanya pertumbuhan tetapi
juga untuk kesejahteraan rakyat. Hingga menjelang krisis nilai tukar, program
yang dilakukan pemerintah yang bertujuan untuk mengurangi jumlah orang miskin
dan perbedaan pendapatan antara kelompok miskin dan kelompok kaya, seperti
Inpres Desa tertinggal (IDT).
Sebelum membahas lebih lanjut, terlebih dahulu untuk
mengetahui arti dari pertumbuhan, kemiskinan dan distribusi pendapatan.
A. Pertumbuhan
Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang menyebabkan pendapatan
per kapita penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang.
Definisi ini mengandung tiga unsur, yaitu :
-
pembangunan ekonomi sebagai suatu proses berarti perubahan yang terus
menerus yang di dalamnya telah mengandung unsur-unsur kekuatan sendiri untuk
investasi baru
-
usaha meningkatkan pendapatan perkapita
-
kenaikan pendapatan per kapita harus berlangsung dalam jangka panjang[2]
Pertumbuhan
Ekonomi membutuhkan :
a. Ketahanan Pangan
b. Ketahanan Energy
c. Stabilitas Harga
d. Stabilitas Ekonomi dan stimulus fiscal
e. Iklim Investasi yang kondusif
f. Pengembangan Infrastruktur untuk mendukung daya saing sector riil
B. Kemiskinan
Kemiskinan adalah ketidakmampuan seseorang untuk memenuhi standar hidup
minimum.
Apabila garis
kemiskinan menjadi pertimbangan, maka inflasi menjadi variabel yang relevan.
Laju inflasi akan menggeser garis kemiskinan ke atas.
Faktor-faktor
yang menyebabkan kemiskinan :
a. Tingkat Pendidikan
b. Tingkat dan laju pertumbuhan
c. Tingkat upah neto
d. Distribusi pendapatan
e. Kesempatan kerja
f. Tingkat Inflasi
g. Pajak dan Subsidi
h. Investasi
i.
Alokasi
serta kualitas sumber daya alam
j.
Ketersediaan
fasilitas umum
k. Penggunaan teknologi
Konsep kemiskinan dibedakan menjadi dua, yaitu :
-
kemiskinan absolute adalah suatu konsep yang dimaksudkan untuk menentukan tingkat pendapatan minimum yang cukup untuk memenuhi kebutuhan fisik. Kemiskinan
absolute ditentukan berdasarkan ketidakmampuan untuk mencukupi kebutuhan pokok
minimum seprti pangan, sandang, kesehatan, perumahan dan pendidikan yang
diperlukan untuk bisa hidup dan bekerja. Kebutuhan minimum diterjemahkan
sebagai ukuran finansial dalam bentuk uang. Nilai kebutuhan minimum kebutuhan
dasar tersebut dikenal dengan istilah garis kemiskinan. Penduduk yang
pendapatannya di bawah garis kemiskinan digolongkan sebagai penduduk miskin.
Garis kemiskinan absolute sangat penting jika seseorang akan
mencoba menilai efek dari kebijakan anti kemiskinan antar waktu, atau
memperkirakan dampak dari suatu proyek terhadap kemiskinan (misalnya, pemberian
kredit skala kecil). Angka kemiskinan akan terbanding antara satu Negara dengan
Negara lain hanya jika garis kemiskinan absolute yang sama digunakandi kedua
Negara tersebut. Bank Dunia memerlukan garis kemiskinan absolute agar dapat
membandingkan angka kemiskinan antar Negara. Hal ini bermanfaat dalam
menentukan kemana menyalurkan sumber daya financial (dana) yang ada, juga dalam
menganalisis kemajuan dalam memerangi kemiskinan.
-
kemiskinan relative adalah suatu ukuran
mengenai kesenjangan di dalam distribusi pendapatan, biasanya dapat didefisisikan di dalam
kaitannya dengan tingkat rata-rata dari distribusi
yang dimaksud. Kemiskinan relative merupakan konsep kemiskinan yang bersifat
dinamis, sehingga kemiskinan akan selalu ada.
Dinegara-negara maju, kemiskinan relative diukur sebagai suatu
proporsi dari tingkat pendapatan rata-rata perkapita. Standar minimum disusun
berdasarakan kondisi hidup suatu negara pada waktu tertentu dan perhatian
terfokus pada golongan penduduk “termiskin”, misalnya 20 persen atau 40 persen
dari total penduduk yang telah diurutkan menurut pendapatan/pengeluaran. Garis
kemiskinan relative tidak dapat dipakai untuk membandingkan tingkat kemiskinan
antar negara dan waktu karena tidak mencerminkan tingkat kesejahteraan yang
sama.
-
Kemiskinan
Lainnya adalah Kemiskinan
struktural adalah kemiskinan yang ditengarai bersebab dari kondisi struktur
atau tatanan kehidupan yang tak menguntungkan. Kemiskinan
Cultural disebabkan oleh faktor-faktor adat dan budaya suatu daerah tertentu
yang membelenggu seseorang tetap melekat dengan indicator kemiskinan.
Konsep dasar mengenai ukuran kemiskinan adalah
-
Tingkat konsumsi beras. Konsep ini menghitung seberapa banyak beras yang
dikonsumsi rumah tangga.
-
Garis kemiskinan BPS (Badan Pusat
Statistik)
BPS menggunakan batas miskin dari besarnya rupiah yang dibelanjakan perkapita sebulan untuk memenuhi kebutuhan minimum makanan dan bukan makanan. Untuk kebutuhan minimum makanan digunakan patokan 2.100 kalori per hari.
Metode yang digunakan adalah menghitung Garis Kemiskinan (GK), yang
terdiri dari dua komponen yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis
Kemiskinan Non-Makanan (GKMN), sebagai berikut : GK =
GKM + GKNM
-
Kurva
Lorenz. Kurva Lorenz memperlihatkan hubungan
kuantitatif actual antara persentase jumlah penduduk penerima pendapatan
tertentu dari total penduduk dengan persentase pendapatan yang benar-benar
mereka peroleh dari total pendapatan.
Dalam perekonomian
yang sangat sederhana terdapat 2 orang konsumen dan 2 barang, yakni berupa
barang mewah dan barang kebutuhan pokok. Misalnya seseorang disebut miskin apabila
pendapatan per tahun sebesar 5 unit atau kurang.
Sebaliknya bagi orang kaya atau yang pendapatannya lebih dari 5 unit per tahun.
Begitu juga dengan negara, sekiranya ada negara
dengan GNP hanya sebesar 8 unit dibagi masing-masing menjadi 4 unit ( Y )
sebagai tingkat pendapatan perorangan untuk 2 individu. Sekiranya pendapatan
nasional yang 8 unit itu dibagi secara tidak merata, individu pertama mendapat
7 unit dan individu ke 2 hanya 1 unit.
Para
ahli ekonomi dan statistic mengelompokkan individu-individu tersebut didasarkan
pada pendapatan perorangan dan kemudian membaginya dengan jumlah yang
berbeda-beda ukurannya. Adapun cara lain yang biasanya digunakan untuk
menganalisis statistic pendapatan perorangan ialah dengan menggunakan kurva
Lorenz. Pengukuran ketidakmerataan pendapatan relative yang sangat sederhana di
suatu negara dapat diperoleh dengan menghitung nisbah/rasio bidang yang
terletak antara garis diagonal dengan kurva Lorenz dibagi dengan luas separoh
bidang dimana kurva terletak.
C. Distribusi pendapatan
Pendapatan
adalah penerimaan (uang atau bukan uang) seseorang atau suatu rumah tangga
selama periode tertentu.
Ada tiga sumber penerimaan rumah tangga yaitu:
Pendapatan dari gaji dan upah, Pendapatan dari hasil produktif, dan Pendapatan
dari pemerintah.
Distribusi
Pendapatan adalah ketimpangan atau ketidakmeratanya pembagian hasil pembangunan
suatu negara dikalangan penduduknya.
Ukuran pokok distribusi untuk analisis dan
pengumpulan data kuantitatif ada dua macam, yaitu :
-
Distribusi berdasarkan besarnya pendapatan adalah perbandingan jumlah pendapatan yang diterima oleh berbagai golongan penerima pendapatan, dan penggolongan didasarkan kepada besarnya pendapatan yang diterima.
-
Distribusi fungsional adalah Presentase jumlah penduduk yang pendapatannya mencapai tingkat pendapatan
tertentu atau kurang dari itu. Distribusi ini mencoba untuk menjelaskan bagian dari
total pendapatan yang diterima oleh masing-masing faktor produksi.
Relevansi teori fungsional ini umumnya
dirusak oleh kegagalannya dalam memperhitungkan peranan yang penting dan
berpengaruh dari kekuatan-kekuatan non pasar, misalnya kekuatan untuk
menentukan harga-harga faktor seperti peran tawar menawar secara kolektif
antara pengusaha dan serikat pekerja dalam menentukan gaji di sector modern.
Dan juga kekuata kaum kapitalis dalam memanipulasi hargademi memperoleh
keuntungan pribadi yang lebih besar.
Sedangkan ukuran distribusi pendapatan
sendiri ada tiga macam, yaitu :
-
Kriteria Bank
Dunia. Menurut bank dunia, pendapatan seseorang dibedakan menjadi tiga tingkat,
yaitu : Tinggi bila 40% penduduk perpenghasilan terendah menerima <12 %
bagian pendapatan. Sedang bila 40% penduduk berpenghasilan terendah menerima
12% -17% bagian pendapatan. Rendah bila 40% penduduk berpenghasilan terendah
menerima >17% bagian pendapatan.
-
Koefisien Gini adalah ukuran ketidak merataan atau ketimpangan (pendapatan/kesejahteraan) agregat (secara keseluruhan) yang angkanya berkisar antara nol (pemerataan sempurna) hingga satu (ketimpangan yang sempurna).
Koefisien gini diperoleh dengan
menghitung rasio bidang yang terletak antara garis diagonal dari kurva Lorenz
dibagi dengan luas separuh bidang dimana kurva Lorenz itu berada.
Kurva Lorenz yang semakin dekat ke diagonal (semakin lurus)
menyiratkan distribusi pendapatan nasional yang semakin merata. Sebaliknya,
jika kurva Lorenz semakin jauh dari diagonal (semakin lengkung), maka hal itu
mencerminkan keadaan yang semakin buruk, distribusi pendapatan nasional semakin
timpang dan tidak merata.
HUBUNGAN PERTUMBUHAN,
KEMISKINAN dan DISTRIBUSI PENDAPATAN
Sebagai upaya
meperbaiki tingkat kesejahteraan sosial-ekonomi masyarakat secara luas, tujuan
dasar pembangunan ekonomi tidak hanya untuk mengejar pertumbuhan PDB atau PDRB,
namun juga untuk menciptakan pemerataan pendapatan antar masyarakat. Karena
jika hanya fokus pada PDB, akan menimbulkan ketimpangan dan ketidakmerataan
dalam distribusi pendapatan. Hal itu dikarenakan tingkat kesejahteraan
seseorang sulit diukur dan subyektif
sifatnya.
Menurut Kuznets, hubungan antara kemiskinan dan pertumbuhan ekonomi menunjukkan hubungan negatif, sebaliknya hubungan pertumbuhan ekonomi dan tingkat kesenjangan ekonomi adalah hubungan positif. pola hubungan yang positif kemudian menjadi negatif, menunjukkan terjadi proses evolusi dari distribusi pendapatan dari masa transisi suatu ekonomi pedesaan (rural) ke suatu ekonomi perkotaan (urban) atau ekonomi industri.
Di banyak
negara syarat utama bagi terciptanya penurunan kemiskinan yang tetap adalah
pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi memang tidak cukup untuk mengentaskan
kemiskinan tetapi biasanya pertumbuhan ekonomi merupakan sesuatu yang sangat
dibutuhkan, walaupun begitu pertumbuhan ekonomi yang baguspun menjadi tidak
akan berarti bagi masyarakat miskin jika tidak diiringi dengan penurunan yang
tajam dalam pendistribusian atau pemerataannya.
Pertumbuhan
ekonomi merupakan upaya untuk mengurangi tingkat kemiskinan absolute, tetapi di
sebagian besar negara-negara berkembang pertumbuhan
ekonomi saja tampaknya tidak cukup.
Dalam hal
kemiskinan absolute ditentukan oleh jumlah penduduk yang hidup di bawah tingkat
pendapatan minim tertentu atau ditentukan oleh garis kemiskinan internasional.
Garis tersebut tidak mengenal batas negara dan tidak ada hubungannya dengan
tingkat pendapatan per kapita di suatu negara. Kemiskinan absolute dapat terjadi
di New York atau Kalkuta, Kairo, Lagos, atau Bogota. Efek
dari pembangunan ekonomi yang prinsipil terhadap distribusi pendapatan secara
rata-rata ternyata sudah menurunkan pendapatan absolute dan pendapatan relative
golongan miskin. Pemerataan pendapatan haruslah dilihat sebagai persoalan
bagaimana memanfaatkan potensi-potensi yang terkandung dalam sumber daya
manusia Indonesia dan persoalan bagaimana memanfaatkan potensi energi serta ketrampilan
manusia Indonesia, di mana ketrampilan manusia Indonesia pada dasarnya dapat
pula dipandang sebagai suatu bentuk energi.
Dari uraian si atas, banyak yang harus diselesaikan
pemerintah untuk mengentaskan masalah pertumbuhan, kemiskinan dan distribusi
pendapatan yang belum merata. Untuk mengurangi permasalahan tersebut, maka
diperlukan satu "paket" kebijakan yang komponen-komponennya bersifat
saling melengkapi dan saling menunjang, yang meliputi empat unsur fundamental,
yaitu :
•
Satu atau serangkaian kebijakan yang
dirancang guna mengoreksi berbagai distorsi harga-harga relatif dari
masing-masing faktor produksi
•
Tujuannya untuk menjamin pembentukan
harga-harga pasar,
yang selanjutnya akan mampu memberikan sinyal-sinyal dan insentif yang tepat (sesuai dengan kepentingan sosial), bagi para produsen maupun pemasok sumber-sumber daya
yang selanjutnya akan mampu memberikan sinyal-sinyal dan insentif yang tepat (sesuai dengan kepentingan sosial), bagi para produsen maupun pemasok sumber-sumber daya
•
Satu atau serangkaian kebijakan yang khusus
dibuat untuk memodifikasi ukuran distribusi pendapatan:
a. Pada kelompok masyarakat berpenghasilan tinggi, melalui pajak progresif
atas pendapatan dan kekayaan mereka
b. Pada kelompok masyarakat berpendapatan rendah, melalui: tunjangan
langsung, upaya-upaya penyediaan berbagai macam barang konsumsi, peningkatan
jasa-jasa pelayanan yang dibiayai oleh pemerintah, misalnya program ketenagakerjaan
•
Seperangkat target kebijakan yang secara
langsung memperbaiki kaum miskin dan komunitasnya, melalui skema jaring
pengaman yang menawarkan program pengembangan kapabilitas serta modal manusia
dan sosial dari kaum miskin, antara lain:
a. Keuangan mikro
b. Kesehatan
c. Pendidikan
d. Pembangunan pertanian
e. Keberlangsungan lingkungan
LAMPIRAN
Tahun
|
Penduduk
Miskin di Indonesia
|
|
(dalam juta
orang)
|
(dalam %)
|
|
Feb – 04
|
36,1
|
16,66
|
Feb – 05
|
35,1
|
15,97
|
Mar – 06
|
39,3
|
17,75
|
Mar – 07
|
37,17
|
16,58
|
Mar – 08
|
34,96
|
15,42
|
Mar – 09
|
32,53
|
14,15
|
Mar – 10
|
31,02
|
13,33
|
Mar – 11
|
30,02
|
12,49
|
Sep – 11
|
29,89
|
12,36
|
Mar – 12
|
29,13
|
11,96
|
Sep - 12
|
28,59
|
11,66
|
Sumber : Berita Resmi
Statistik BPS No.06/01/Th.XVI, 2 Januari 2013
[1]
P. Todaro, Michael, 1995,
Ekonomi Pembangunan Untuk Negara Berkembang, edisi ketiga, Jakarta : Bumi
Aksara, hal : 201
[2]
Suryana (2000) dalam
tesis Lulus Prapti NSS, 2006, KETERKAITAN ANTARA
PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN (Studi Kasus 35
Kabupaten/Kota Jawa Tengah 2000-2004)
[6]
Todaro, Michael P. dan Stephen
C. Smith, Pembangunan Ekonomi, edisi kesembilan, jilid satu. ppt
1 komentar:
nice
Posting Komentar