web stats

ekonomi pembanguna : pertumbuhan, kemiskinan dan distribusi pendapatan

Minggu, 03 November 2013



PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang
            Kemiskinan selalu menjadi topik yang menarik untuk dibicarakan, karena topik ini merupakan isu sentral dalam pembangunan di Indonesia dan tidak kunjung terselesaikan. Usaha pemerintah Indonesia untuk menurunkan tingkat kemiskinan, yang telah dilakukan baik tingkat nasional maupun daerah, tampaknya belum membuahkan hasil yang maksimal. Bahkan beberapa daerah di Indonesia mempunyai tingkat kemiskinan yang tinggi saat ini.
            Di negara-negara kaya atau miskin timbul rasa kecewa terhadap usaha-usaha untuk mengejar pertumbuhan ekonomi sebagai sasaran utama pembangunan. Di Negara maju, titik berat mereka tidak lagi pada pencapaian tingkat pertumbuhan ekonomi pada skala tertentu, melainkan lebih bergeser pada peningkatan kualitas kehidupan. Sedangkan di Negara miskin, perhatian utama justru dipusatkan pada masalah yang menyangkut pertumbuhan dalam kaitannya dengan distribusi pendapatan[1].
            Kemiskinan, pertumbuhan ekonomi dan distribusi pendapatan merupakan tiga variabel yang dapat menjelaskan mengenai kinerja pembangunan suatu negara.  Pertumbuhan ekonomi diharapkan dapat mengurangi kemiskinan dan memperbaiki distribusi pendapatan. Ternyata pertumbuhan ekonomi di beberapa provinsi di Indonesia tidak selalu mengakibatkan terjadinya penurunan jumlah penduduk miskin dan perbaikan distribusi pendapatan.
            Dalam makalah ini akan dibahas sedikit mengenai hubungan pertumbuhan, kemiskinan dan distribusi pendapatan, dimana diharapkan mampu menjadi tambahan sedikit pengetahuan.

2.      Rumusan Masalah
            Sesuai latar belakang diatas, maka perumusan masalah makalah ini adalah :
-          Apa arti pertumbuhan, kemiskinan dan distribusi pendapatan ?
-          Bagaimana hubungan pertumbuhan, kemiskinan dan distribusi pendapatan ?

3.      Tujuan Penulisan
            Mengacu pada rumusan masalah, tujuan penulisan makalah ini ialah :
-          Agar mengetahui arti pertumbuhan, kemiskinan dan distribusi pendapatan.
-          Untuk memahami hubungan pertumbuhan, kemiskinan dan distribusi pendapatan.


ARTI PERTUMBUHAN, KEMISKINAN, dan DISTRIBUSI PENDAPATAN
Pada awal periode orde baru hingga akhir dekade 1970-an strategi pembangunan ekonomi lebih terfokus pada bagaimana mencapai suatu laju pertumbuhan yang tinggi dalam suatu periode yang sangat singkat. Pada akhir dekade itu strategi pembangunan diubah , tidak lagi hanya pertumbuhan tetapi juga untuk kesejahteraan rakyat. Hingga menjelang krisis nilai tukar, program yang dilakukan pemerintah yang bertujuan untuk mengurangi jumlah orang miskin dan perbedaan pendapatan antara kelompok miskin dan kelompok kaya, seperti Inpres Desa tertinggal (IDT).
Sebelum membahas lebih lanjut, terlebih dahulu untuk mengetahui arti dari pertumbuhan, kemiskinan dan distribusi pendapatan.

A.    Pertumbuhan
            Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang.
            Definisi ini mengandung tiga unsur, yaitu :
-          pembangunan ekonomi sebagai suatu proses berarti perubahan yang terus menerus yang di dalamnya telah mengandung unsur-unsur kekuatan sendiri untuk investasi baru
-          usaha meningkatkan pendapatan perkapita
-          kenaikan pendapatan per kapita harus berlangsung dalam jangka panjang[2]

Pertumbuhan Ekonomi membutuhkan :
a.       Ketahanan Pangan
b.      Ketahanan Energy
c.       Stabilitas Harga
d.      Stabilitas Ekonomi dan stimulus fiscal
e.       Iklim Investasi yang kondusif
f.       Pengembangan Infrastruktur untuk mendukung daya saing sector riil


B.     Kemiskinan
Kemiskinan adalah ketidakmampuan seseorang untuk memenuhi standar hidup minimum.
Apabila garis kemiskinan menjadi pertimbangan, maka inflasi menjadi variabel yang relevan. Laju inflasi akan menggeser garis kemiskinan ke atas.
Faktor-faktor yang menyebabkan kemiskinan :
a.       Tingkat Pendidikan
b.      Tingkat dan laju pertumbuhan
c.       Tingkat upah neto
d.      Distribusi pendapatan
e.       Kesempatan kerja
f.       Tingkat Inflasi
g.      Pajak dan Subsidi
h.      Investasi
i.        Alokasi serta kualitas sumber daya alam
j.        Ketersediaan fasilitas umum
k.      Penggunaan teknologi
l.        Kondisi  fisik dan alam di suatu wilayah, etos kerja dan motivasi pekerja[3]

Konsep kemiskinan dibedakan menjadi dua, yaitu :
-          kemiskinan absolute adalah suatu konsep yang dimaksudkan untuk menentukan tingkat pendapatan minimum yang cukup untuk memenuhi kebutuhan fisik. Kemiskinan absolute ditentukan berdasarkan ketidakmampuan untuk mencukupi kebutuhan pokok minimum seprti pangan, sandang, kesehatan, perumahan dan pendidikan yang diperlukan untuk bisa hidup dan bekerja. Kebutuhan minimum diterjemahkan sebagai ukuran finansial dalam bentuk uang. Nilai kebutuhan minimum kebutuhan dasar tersebut dikenal dengan istilah garis kemiskinan. Penduduk yang pendapatannya di bawah garis kemiskinan digolongkan sebagai penduduk miskin.
Garis kemiskinan absolute sangat penting jika seseorang akan mencoba menilai efek dari kebijakan anti kemiskinan antar waktu, atau memperkirakan dampak dari suatu proyek terhadap kemiskinan (misalnya, pemberian kredit skala kecil). Angka kemiskinan akan terbanding antara satu Negara dengan Negara lain hanya jika garis kemiskinan absolute yang sama digunakandi kedua Negara tersebut. Bank Dunia memerlukan garis kemiskinan absolute agar dapat membandingkan angka kemiskinan antar Negara. Hal ini bermanfaat dalam menentukan kemana menyalurkan sumber daya financial (dana) yang ada, juga dalam menganalisis kemajuan dalam memerangi kemiskinan.
-          kemiskinan relative adalah suatu ukuran mengenai kesenjangan di dalam distribusi pendapatan, biasanya dapat didefisisikan di dalam kaitannya dengan tingkat rata-rata dari distribusi yang dimaksud. Kemiskinan relative merupakan konsep kemiskinan yang bersifat dinamis, sehingga kemiskinan akan selalu ada.
Dinegara-negara maju, kemiskinan relative diukur sebagai suatu proporsi dari tingkat pendapatan rata-rata perkapita. Standar minimum disusun berdasarakan kondisi hidup suatu negara pada waktu tertentu dan perhatian terfokus pada golongan penduduk “termiskin”, misalnya 20 persen atau 40 persen dari total penduduk yang telah diurutkan menurut pendapatan/pengeluaran. Garis kemiskinan relative tidak dapat dipakai untuk membandingkan tingkat kemiskinan antar negara dan waktu karena tidak mencerminkan tingkat kesejahteraan yang sama.
-          Kemiskinan Lainnya adalah Kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang ditengarai bersebab dari kondisi struktur atau tatanan kehidupan yang tak menguntungkan. Kemiskinan Cultural disebabkan oleh faktor-faktor adat dan budaya suatu daerah tertentu yang membelenggu seseorang tetap melekat dengan indicator kemiskinan.

Konsep dasar mengenai ukuran kemiskinan adalah
-          Tingkat konsumsi beras. Konsep ini menghitung seberapa banyak beras yang dikonsumsi rumah tangga.
-          Garis kemiskinan BPS (Badan Pusat Statistik)
BPS menggunakan batas miskin dari besarnya rupiah yang dibelanjakan perkapita sebulan untuk memenuhi kebutuhan minimum makanan dan bukan makanan. Untuk kebutuhan minimum makanan digunakan patokan 2.100 kalori per hari.
Metode yang digunakan adalah menghitung Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari dua komponen yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non-Makanan (GKMN), sebagai berikut : GK = GKM + GKNM
-          Kurva Lorenz. Kurva Lorenz memperlihatkan hubungan kuantitatif actual antara persentase jumlah penduduk penerima pendapatan tertentu dari total penduduk dengan persentase pendapatan yang benar-benar mereka peroleh dari total pendapatan.

Dalam perekonomian yang sangat sederhana terdapat 2 orang konsumen dan 2 barang, yakni berupa barang mewah dan barang kebutuhan pokok. Misalnya seseorang disebut miskin apabila pendapatan per tahun sebesar 5 unit atau kurang. Sebaliknya bagi orang kaya atau yang pendapatannya lebih dari 5 unit per tahun. Begitu juga dengan negara, sekiranya ada negara dengan GNP hanya sebesar 8 unit dibagi masing-masing menjadi 4 unit ( Y ) sebagai tingkat pendapatan perorangan untuk 2 individu. Sekiranya pendapatan nasional yang 8 unit itu dibagi secara tidak merata, individu pertama mendapat 7 unit dan individu ke 2 hanya 1 unit.
Para ahli ekonomi dan statistic mengelompokkan individu-individu tersebut didasarkan pada pendapatan perorangan dan kemudian membaginya dengan jumlah yang berbeda-beda ukurannya. Adapun cara lain yang biasanya digunakan untuk menganalisis statistic pendapatan perorangan ialah dengan menggunakan kurva Lorenz. Pengukuran ketidakmerataan pendapatan relative yang sangat sederhana di suatu negara dapat diperoleh dengan menghitung nisbah/rasio bidang yang terletak antara garis diagonal dengan kurva Lorenz dibagi dengan luas separoh bidang dimana  kurva terletak.
           

C.     Distribusi pendapatan
Pendapatan adalah penerimaan (uang atau bukan uang) seseorang atau suatu rumah tangga selama periode tertentu.
Ada tiga sumber penerimaan rumah tangga yaitu: Pendapatan dari gaji dan upah, Pendapatan dari hasil produktif, dan Pendapatan dari pemerintah.
Distribusi Pendapatan adalah ketimpangan atau ketidakmeratanya  pembagian hasil pembangunan suatu negara dikalangan penduduknya.
Ukuran pokok distribusi untuk analisis dan pengumpulan data kuantitatif ada dua macam, yaitu :
-          Distribusi berdasarkan besarnya pendapatan adalah perbandingan jumlah pendapatan yang diterima oleh berbagai golongan penerima pendapatan, dan penggolongan didasarkan kepada besarnya pendapatan yang diterima.
-          Distribusi fungsional adalah Presentase jumlah penduduk yang pendapatannya mencapai tingkat pendapatan tertentu atau kurang dari itu. Distribusi ini mencoba untuk menjelaskan bagian dari total pendapatan yang diterima oleh masing-masing faktor produksi.
Relevansi teori fungsional ini umumnya dirusak oleh kegagalannya dalam memperhitungkan peranan yang penting dan berpengaruh dari kekuatan-kekuatan non pasar, misalnya kekuatan untuk menentukan harga-harga faktor seperti peran tawar menawar secara kolektif antara pengusaha dan serikat pekerja dalam menentukan gaji di sector modern. Dan juga kekuata kaum kapitalis dalam memanipulasi hargademi memperoleh keuntungan pribadi yang lebih besar.

Sedangkan ukuran distribusi pendapatan sendiri ada tiga macam, yaitu :
-          Kriteria Bank Dunia. Menurut bank dunia, pendapatan seseorang dibedakan menjadi tiga tingkat, yaitu : Tinggi bila 40% penduduk perpenghasilan terendah menerima <12 % bagian pendapatan. Sedang bila 40% penduduk berpenghasilan terendah menerima 12% -17% bagian pendapatan. Rendah bila 40% penduduk berpenghasilan terendah menerima >17% bagian pendapatan.
-          Koefisien Gini adalah ukuran ketidak merataan atau ketimpangan (pendapatan/kesejahteraan) agregat (secara keseluruhan) yang angkanya berkisar antara nol (pemerataan sempurna) hingga satu (ketimpangan yang sempurna).
Koefisien gini diperoleh dengan menghitung rasio bidang yang terletak antara garis diagonal dari kurva Lorenz dibagi dengan luas separuh bidang dimana kurva Lorenz itu berada.
Kurva Lorenz yang semakin dekat ke diagonal (semakin lurus) menyiratkan distribusi pendapatan nasional yang semakin merata. Sebaliknya, jika kurva Lorenz semakin jauh dari diagonal (semakin lengkung), maka hal itu mencerminkan keadaan yang semakin buruk, distribusi pendapatan nasional semakin timpang dan tidak merata.


HUBUNGAN PERTUMBUHAN, KEMISKINAN dan DISTRIBUSI PENDAPATAN

Sebagai upaya meperbaiki tingkat kesejahteraan sosial-ekonomi masyarakat secara luas, tujuan dasar pembangunan ekonomi tidak hanya untuk mengejar pertumbuhan PDB atau PDRB, namun juga untuk menciptakan pemerataan pendapatan antar masyarakat. Karena jika hanya fokus pada PDB, akan menimbulkan ketimpangan dan ketidakmerataan dalam distribusi pendapatan. Hal itu dikarenakan tingkat kesejahteraan seseorang sulit diukur dan subyektif  sifatnya.
            Menurut Kuznets, hubungan antara kemiskinan dan pertumbuhan ekonomi menunjukkan hubungan negatif, sebaliknya hubungan pertumbuhan ekonomi dan tingkat kesenjangan ekonomi adalah hubungan positif. pola hubungan yang positif kemudian menjadi negatif, menunjukkan terjadi proses evolusi dari distribusi pendapatan dari masa transisi suatu ekonomi pedesaan (rural) ke suatu ekonomi perkotaan (urban) atau ekonomi industri.
Di banyak negara syarat utama bagi terciptanya penurunan kemiskinan yang tetap adalah pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi memang tidak cukup untuk mengentaskan kemiskinan tetapi biasanya pertumbuhan ekonomi merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan, walaupun begitu pertumbuhan ekonomi yang baguspun menjadi tidak akan berarti bagi masyarakat miskin jika tidak diiringi dengan penurunan yang tajam dalam pendistribusian atau pemerataannya.
Pertumbuhan ekonomi merupakan upaya untuk mengurangi tingkat kemiskinan absolute, tetapi di sebagian besar negara-negara berkembang pertumbuhan ekonomi saja tampaknya tidak cukup.
Dalam hal kemiskinan absolute ditentukan oleh jumlah penduduk yang hidup di bawah tingkat pendapatan minim tertentu atau ditentukan oleh garis kemiskinan internasional. Garis tersebut tidak mengenal batas negara dan tidak ada hubungannya dengan tingkat pendapatan per kapita di suatu negara. Kemiskinan absolute dapat terjadi di New York atau Kalkuta, Kairo, Lagos, atau Bogota. Efek dari pembangunan ekonomi yang prinsipil terhadap distribusi pendapatan secara rata-rata ternyata sudah menurunkan pendapatan absolute dan pendapatan relative golongan miskin. Pemerataan pendapatan haruslah dilihat sebagai persoalan bagaimana memanfaatkan potensi-potensi yang terkandung dalam sumber daya manusia Indonesia dan persoalan bagaimana memanfaatkan potensi energi serta ketrampilan manusia Indonesia, di mana ketrampilan manusia Indonesia pada dasarnya dapat pula dipandang sebagai suatu bentuk energi.
Dari uraian si atas, banyak yang harus diselesaikan pemerintah untuk mengentaskan masalah pertumbuhan, kemiskinan dan distribusi pendapatan yang belum merata. Untuk mengurangi permasalahan tersebut, maka diperlukan satu "paket" kebijakan yang komponen-komponennya bersifat saling melengkapi dan saling menunjang, yang meliputi empat unsur fundamental, yaitu :
         Satu atau serangkaian kebijakan yang dirancang guna mengoreksi berbagai distorsi harga-harga relatif dari masing-masing faktor produksi
         Tujuannya untuk menjamin pembentukan harga-harga pasar,
yang selanjutnya akan mampu memberikan sinyal-sinyal dan insentif yang tepat (sesuai dengan kepentingan sosial),  bagi para produsen maupun pemasok sumber-sumber daya
         Satu atau serangkaian kebijakan yang khusus dibuat untuk memodifikasi ukuran distribusi pendapatan:
a.       Pada kelompok masyarakat berpenghasilan tinggi, melalui pajak progresif atas pendapatan dan kekayaan mereka
b.      Pada kelompok masyarakat berpendapatan rendah, melalui: tunjangan langsung, upaya-upaya penyediaan berbagai macam barang konsumsi, peningkatan jasa-jasa pelayanan yang dibiayai oleh pemerintah,  misalnya program ketenagakerjaan
         Seperangkat target kebijakan yang secara langsung memperbaiki kaum miskin dan komunitasnya, melalui skema jaring pengaman yang menawarkan program pengembangan kapabilitas serta modal manusia dan sosial dari kaum miskin, antara lain:
a.       Keuangan mikro
b.      Kesehatan
c.       Pendidikan
d.      Pembangunan pertanian
e.       Keberlangsungan lingkungan
f.       Program pengembangan dan pemberdayaan



LAMPIRAN

Tahun
Penduduk Miskin di Indonesia
(dalam juta orang)
(dalam %)
Feb – 04
36,1
16,66
Feb – 05
35,1
15,97
Mar – 06
39,3
17,75
Mar – 07
37,17
16,58
Mar – 08
34,96
15,42
Mar – 09
32,53
14,15
Mar – 10
31,02
13,33
Mar – 11
30,02
12,49
Sep – 11
29,89
12,36
Mar – 12
29,13
11,96
Sep - 12
28,59
11,66
Sumber : Berita Resmi Statistik BPS No.06/01/Th.XVI, 2 Januari 2013


[1] P. Todaro, Michael, 1995, Ekonomi Pembangunan Untuk Negara Berkembang, edisi ketiga, Jakarta : Bumi Aksara, hal : 201
[2] Suryana (2000) dalam tesis Lulus Prapti NSS, 2006, KETERKAITAN ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN (Studi Kasus 35 Kabupaten/Kota Jawa Tengah 2000-2004)

[6] Todaro, Michael P. dan Stephen C. Smith, Pembangunan Ekonomi, edisi kesembilan, jilid satu. ppt

1 komentar:

Unknown mengatakan...

nice

Posting Komentar