AKTIVA SUMBER ALAM
1.1
Pengertian Aktiva Sumber Alam
Aktiva
sumber alama yaitu aktiva tetap yang berasal dari sumber daya alam. Dimana
aktiva ini masuk dalam aktiva tetap
yang umurnya tidak terbatas seperti tanah untuk letak perusahaan, pertanian dan
peternakan.
1.2
Yang Termasuk Aktiva Sumber Alam
- Tanah
Tanah yang dimiliki dan digunakan sebagai tempat berdirinya
perusahaan dicatat dalam rekening tanah. Apabila tanah itu tidak digunakan
dalam usaha perusahaan maka dicatat dalam rekening investasi jangka jangka
panjang.
Harga perolehan tanah terdiri dari berbagai elemen seperti :
- Harga beli
- Komisi pembelian
- Bea balik nama
- Biaya penelitian tanah
- Iuran – iuran (pajak – pajak) selama tanah
belum dipakai
- Biaya merobohkan bangunan lama
- Biaya perataan tanah pembersihan dan
pembagian
- Pajak – Pajak yang jadi beban pembelian
pada waktu pembelian tanah
-
Tambang
Tambang merupakan aktiva sumber alam
yang masanya terukur. Yaitu akan habis masa pakainya dan tidak bisa diganti
dengan yang sama. Jika sumber ala mini habis, maka tidak bisa diperbaharui atau
harus mencari tambang yang lain.
Jenis aktiva ini sangat jarang untuk
dipertukarkan, karena sifatnya yang berada di dalam tanah dan juga tidak dapat
disusutkan.
Harga perolehan tambang adalah :
a.
Harga beli.
- Komisi pembelian.
- Biaya penelitian tambang.
- Biaya pengeboran.
- Biaya perawatan tambang.
- Pajak-pajak hasil tambang.
-
Hutan atau Tumbuhan
Hutan juga termasuk aktiva sumber
alam yang masa pakainya terbatas dan tidak bisa diganti dengan yang sama. Namun
berbeda dengan tambang, hutan masih mampu direboisasi meskipun memerlukan
jangka waktu yang lama.
Harga perolehan hutan atau tumbuhan
:
a.
Harga beli.
b.
Biaya pengembangan.
c.
Biaya perawatan.
d.
Pajak hasil.
-
Hewan
Aktiva sumber ala mini terus
bereproduksi, dan jika sudah tidak bereproduksi fungsinya akan disusutkan.
Seperti contoh ayam petelur yang sudah tidak menghasilkan telur lagi akan
disembelih.
Aktiva ini yang paling mudah untuk
dipertukarkan karena mudah untuk dipindahkan.
Harga perolehan hewan yakni :
a.
Harga beli.
b.
Biaya perawatan.
c.
Harga penjualan.
Pencatatan aktiva sumber alam ini
masuk pada aktiva tetap.
BAB II AKTIVA TAK BERWUJUD
2.1 Aktiva Tak Berwujud
(INTANGIBLE ASSET)
Aktiva tak berujud adalah hak istimewa dan keuntungan kompetitif
yang timbul dari pemilikan suatu aktiva yang berumur panjang, yang tidak
memiliki wujud fisik tertentu. Bukti pemilikan aktiva tak berujud bisa berupa
kontrak, lisensi atau dokumen lain.
Menurut PSAK,
Aktiva tak berwujud adalah aktiva non moneter yang tidak memiliki wujud fisik,
yang digunakan untuk memproduksi barang atau jasa, yang memberikan hak ekonomi
dan hukum kepada pemiliknya dan dalam laporan keuangan tidak dicakup secarah
terpisah dalam klasifikasi aktiva yang lain.
Aktiva tidak
berujud kemungkinan timbul dari:
1.
Pemerintah :
seperti hak paten, hak cipta, franchise, merek dagang dan nama dagang.
2.
Perusahaan lain
: misalnya pembelian yang mencakup pembayaran untuk goodwill.
3.
Penjualan
tertentu : seperti franchise dan lease.
2.2 Akuntansi Untuk
Aktiva Tak Berwujud
Secara umum,
akutansi untuk aktiva tak berujud yaitu sejalan dengan akutansi untuk aktiva
tetap. Sama seperti aktiva tetap, aktiva berujud juga dicatat atas harga dasar
harga perolehan dan harga perolehan ini dihapus secara rasional dan sistematis
selama masa manfaat aktiva tak berujud tersebut. Jika pada suatu saat diberhentikan,
maka nilai buku aktiva tak berujud dihapuskan dari pembukuan dan dicatat pula
laba atau rugi penghentian (jika ada).
Namun terdapat
sejumlah perbedaan antara akutansi aktiva tak berujud dengan akutansi aktiva
tetap.
Pertama,
istilah yang digunakan untuk menghapus aktiva tak berujud adalah amortisasi
(bukan depresiasi).
Amortisasi sendiri adalah pengalokasian harga
perolehan ke beban usaha (biaya), yang pada aktiva tetap dikenal dengan
depresiasi (penyusutan). Penghitungan maupun pencatatan atas amortisasi sama
saja dengan cara penghitungan maupun pencatatan atas penyusutan aktiva tetap
berwujud.
Hal penting yang perlu diketahui :
a. Amortisasi kebanyakan merupakan biaya usaha dan jarang digolongkan ke dalam
harga pokok produksi, kecuali merk dagang yang memang digolongkan ke dalam kelompok
harga pokok penjualan.
b. Amortisasi lebih baik jika dihitung
menggunakan metode garis lurus saja, karena pada dasarnya intangible asset
tidak dipengaruhi, bahkan tidak ada hubungannya dengan output produk yang
dihasilkan oleh perusahaan.
Metode amortisasi aktiva tak berwujud adalah metode garis lurus (straight
line method), kecuali jika ada metode lain yang lebih sesuai dengan kondisi
perusahaan.
Laporan keuangan harus mengungkapkan metode dan periode amortisasi yang
digunakan.
Perusahaan harus mengevaluasi
periode amortisasi aktiva tak berwujud secara teratur untuk memutuskan apakah
peristiwa dan kondisi selanjutnya menuntut perubahan taksiran masa manfaat yang
telah ditentukan. Jika taksiran masa manfaat berubah, maka jumlah harga
perolehan yang belum diamortisasi harus dibebankan pada sisa masa manfaat yang
baru, dengan syarat tidak boleh melebihi 20 tahun dari tanggal perolehan.
Taksiran nilai dan manfaat masa
depan suatu aktiva tak berwujud yang belum diamortisasi tersebut harus
dikurangi dengan jumlah tertentu sebagai beban usaha dalam laporan laba rugi
periode yang bersangkutan. Meskipun demikian, kerugian pada satu atau beberapa
tahun tertentu secara berurutan tidak dapat dijadikan alasan untuk membebankan
semua atau sebagian harga perolehan aktiva tak berwujud yang belum diamortisasi
sebagai pembebanan luar biasa pada periode yang bersangkutan. Jika ada
pembebanan luar biasa, maka alasan pembebanannya harus diungkapkan dalam
catatan atas laporan keuangan.
Periode amortisasi tidak
boleh melebihi 20 tahun berdasarkan pertimbangan bahwa dalam 20 tahun sudah
banyak perkembangan yang terjadi, sehingga untuk tenggang
waktu selebihnya aktiva tak berwujud diperkiraan tidak lagi memiliki manfaat
ekonomi. Oleh karena itu, meskipun analisa pada saat perolehan suatu aktiva tak
berwujud menunjukkan masa manfaat yang melebihi 20 tahun, periode amortisasi tidak
boleh melebihi 20 tahun.
Nilai aktiva tak berwujud pada akhirnya akan habis pada saat tertentu,
sehingga harga perolehan aktiva tak berwujud harus diamortisasi secara
sistematis selama taksiran masa manfaatnya dan tidak boleh dibebankan
seluruhnya pada periode perolehan. Hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam
menaksir masa manfaat suatu aktiva tak berwujud adalah sebagai berikut:
a)
Ketentuan hukum, peraturan,
perjanjian yang membatasi masa manfaat maksimum.
b)
Kemungkinan untuk
memperbarui atau memperpanjang batas masa manfaat yang telah ditentukan.
c)
Pengaruh keusangan,
permintaan, persaingan dan faktor perubahan ekonom dan teknologi yang
mempengaruhi masa manfaat.
d)
Prakiraan tindakan yang
akan dilakukan oleh pesaing, pelaksana hukum/peraturan dan lainnya yang
membatasi keunggulan dalam daya saing (competitive advantage).
e)
Adanya suatu masa manfaat
yang tidak terbatas, dan masa manfaat yang diharapkan tidak dapat ditaksir
secara wajar.
f)
Kemungkinan aktiva tak
berwujud terdiri dari beberapa jenis/faktor yang mempunyai masa manfaat yang
berbeda.
g)
Untuk menentukan masa
manfaat aktiva tak berwujud secara wajar ma ka hal-hal tersebut di atas harus
dianalisa terlebih dahulu. Taksiran masa manfaat yang wajar biasanya ditentukan
dengan membuat batas atas dan batas bawah karena taksiran masa manfaat yang
sesungguhnya sulit untuk ditentukan.
Harga perolehan untuk
setiap aktiva tak berwujud harus diamortisasi berdasarkan taksiran masa manfaat
aktiva tersebut dan tidak boleh dibebankan seluruhnya pada periode perolehan.
Untuk menentukan masa manfaat aktiva tak berwujud secara wajar, hal-hal yang
dikemukakan sebelumnya harus dianalisa terlebih dahulu.Untuk mencatat amortisasi
aktiva tak berujud maka rekening Biaya Amortosasi didebet dan rekening aktiva
tak berujud yang bersangkutan dikredit. Alternatif
lain, bisa juga dikredit rekening Akumulasi Amortisasi, seperti halnya
akumulasi depresiasi pada aktiva tetap. Namun sebagian besar perusahaan memilih
cara yang sederhana, yaitu dengan langsung mengkredit rekening aktiva tak
berujud.
2.3 Karakteristik Aktiva Tak Berwujud
Aktiva tak berwujud mempunyai karakteristik penting, yaitu :
a)
Kurang memiliki eksistensi fisik, tidak seperti
aktiva berwujud seperti property, pabrik, dan peralatan, aktiva tak berwujud
memperoleh nilai dari hak dan keistimewaan atau privilege yang diberikan pada
perusahaan yang menggunakannya.
b)
Bukan merupakan instrument keuangan, aktiva
seperti deposito bank, piutang usaha, dan investasi jangka panjang dalam
obligasi serta saham tidak memiliki substansi fisik, tetapi tidak
diklasifikasikan sebagai aktiva tak berwujud. Aktiva ini merupakan instrument
keuangan dan menghasilkan nilainya dari hak untuk menerima kas atau ekuivalen
kas di masa depan.
c)
Bersifat jangka panjang dan menjadi subjek amortisasi, Aktiva tak
berwujud menyediakan jasa selama periode bertahun tahun. Investasi dalam aktiva
ini biasanya dibebankan pada periode masa mendatang melalui beban amortisasi
periodik.
Akuntansi untuk
aktiva tak berwujud mempunyai masalah yang sama dengan akuntansi aktiva jangka
panjang lainnya, yaitu menentukan nilai terbawa awalnya, akuntansi untuk jumlah
setelah akuisisi dalam kondisi bisnis normal (amortisasi), dan akuntansi untuk
jumlah jika nilainya turun secara substansial serta terus-menerus.
2.4 Klasifikasi Aktiva Tak Berwujud
a)
Cara akuisisi
(manner of acquisition). Aktiva tak berwujud dapat diperoleh dengan
cara membelinya dari entitas lain. Seperti membeli waralaba atau paten dari
orang lain. Cara lain untuk memperoleh aktiva tak berwujud ialah dengan cara
membuatnya sendiri melalui operasi, contohnya : paten dan merek dagang.
b)
Dapat
diidentifikasi (identifiability). Beberapa kativa tak berwujud dapat
diidentifikasi secara terpisah dari perusahaan lainya. Contohnya hak pataen,
merek dagang, dan waralaba. Aktiva tak berwujud lainya tidak dapat dipisahkan
tetapi nilainya dapat diturunkan dari nilai aktiva yang berhubungan dengannya.
Contohnya : goodwill, yang nilainya dibedakan atas beberapa faktor seperti
loyalitas konsumen atas kualitas produk, dan bukan dari kepemilikan khusus.
c)
Dapat dipertukarkan
(exchangeability). Beberapa aktiva tak berwujud dapat
diidentifikasi dapat dijual maupun dibeli, dengan kata lain dapat
dipertukarkan. Contohnya termasuk paten, merek dagang dan waralaba. Aktiva tak
berwujud lainya, yang dapat dipertukarkan kecuali dengan menjual perusahaan itu
juga. Contohnya : biaya organisasi. Tidak ada pihak lain yang mau membeli biaya
organisasi ini secara terpisah (terlepas dari perusahaanya). Goodwill termasuk contoh aktiva tak berwujud yang
tidak dapat diidentifikasi dan tidak dapat dipertukarkan. Goodwill hanya akan
mempunyai nilai jika dikombinasikan atau dihubungkan dengan aktiva lainya dan
tidak dapat diperoleh kecuali dengan mengakuisisi aktiva lainya secara
bersamaan.
d)
Periode manfaat
yang diharapkan (period of expected benefit). Beberapa
aktiva tak berwujud, seperti biaya organisasi, diharapkan dapat memeberikan
manfaat kepada perusahaan dalam jangka waktu yang tidak terbatas. Contoh :
paten memiliki umur hukum selama 17 tahun, dan periode manfaat leasehold yang
dicantumkan dalam kontrak lease.
2.5 Prinsip Akuntansi Dasar untuk Aktiva tak
berwujud
Akuntansi untuk
aktiva tak berwujud melibatkan prinsip dan prosedur akuntansi serupa yang
diaplikasikan untuk aktiva tak berwujud lainya, seperti properti, pabrik dan
peralatan yaitu :
a)
Pada akuisisi
menerapkan prinsip biaya.
b)
Selama periode
penggunaan, menerapkan prinsip penandingan.
c)
Pada disposisi,
menerapkan prinsip pendapatan. Keuntungan atau kerugian yang diakui atas
pelepasan sama dengan selisih antara pertimbangan yang diterima.
2.6 Mencatat Biaya Pembelian Aktiva Tak
Berwujud
Sesuai dengan
prinsip biaya, aktiva tak berwujud harus dicatat pada saat diakuisisi dengan
biaya ekuivalen kas saat ini. Biaya ini termasuk harga beli, biaya transfer dan
hukum, dan setiap pengeluaran lainya yang berkaitan dengan akuisisi. Biaya
akuisisi merupakan biaya pasar saat ini dari semua penukar yang diserahkan atau
dari aktiva yang diterima, mana yang lebih dapat ditentukan.
2.7 Perlakuan akuntansi untuk berbagai jenis
aktiva tak berwujud
Cara
Akuisisi
|
Jenis
|
Pembelian
|
Dibuat
secara internal
|
1. Aktiva
tak Berwujud yang dapat
diidentifikasi secara terpisah ( hak paten, merek dagang, dan biaya
organisasi )
|
1.Di
kapaitalisasikan pada biaya akuisisi.
2.
Diamortisasi selama umur hukum atau estimasi masa manfaat mana yang lebih
singkat dengan umur maksimum 40 tahun
|
1. Dibebankan
atau dikapitalisasi tergantung pada aktiva tak berwujud tertentu.
2. Jika
dikapitalisasi, akan di amortisasi sebagai aktiva tak berwujud yang dibeli.
|
2.Aktiva tak
berwujud yang tidak dapat diidentifikasi secara terpisah ( goodwill )
|
|
1. Dibebankan
pada saat terjadinya.
2. Tidak
tersedia pilihan untuk pengkapitalisasian, sehingga tidak akan ada amortisasi
|
2.8 Mencatat Biaya Aktiva Tak Berwujud yang
Dibuat secara Internal.
Terkadang
perusahaan membuat sendiri aktiva tak berwujud, seperti paten. Hanya biaya yang
secara spesifik dapat diidentifikasi dari pembuatan aktiva tak berwujud
tersebut hanya akan diidentifikasi. Jadi, walaupun perusahaan telah
mengeluarkan biaya penelitian yang sangat besar untuk membentuk hal yang
dipatenkan, namun hanya biaya untuk mendapatkan paten tersebut yang
dikapitalisasi sebagai aktiva.
Karena kendala
ini, biaya yang dikapitalisasi untuk aktiva tak berwujud yang dibuat secara
internal mungkin tidak mencerminkan nilainya, sedangkan biaya yang
dikapitalisasi untuk aktiva tak berwujud yang dibeli melalui transaksi yang
wajar diasumsikan mencermikan nilainya.
2.9Amortisasi Biaya Aktiva Tak Berwujud
Beberapa faktor
yang harus dipertimbangkan dalam memperkirakan umur aktiva tak berwujud,
seperti :
a)
Ketentuan
hukum, peraturan, atau kontraktual yang dapat membatasi umur manfaat maksimum.
b)
Ketentuan untuk
pembaruan ( renewal ) atau perpanjangan ( extension ) yang dpat mengubah batas
umur masa manfaat aktiva tersebut.
c)
Pengaruh
keusangan, permintaan, dan factor ekonomis lainya yang dapat mengurangi umur
manfaat.
d)
Perkiraan umur
pelayanan ( service life ) dari seorang atau kelompok pegawai.
e)
Tindakan yang
diharapkan dilakukan pesaing dan pihak lainya yang dapat membatasi keunggulan
kompetitif yang sudah ada.
f)
Umur manfaat
yang tidak terbatas dan masa manfaat yang tidak dapat diproyeksikan dengan
layak.
g)
Apakah aktiva
tak berwujud itu terdiri dari berbagai factor individual dengan umur manfaat
efektif yang bervariasi.
Menurut
sifatnya tersebut, maka aktiva tak berwujud jarang mempunyai nilai residu.
Biaya aktiva tak berwujud yang tidak
memiliki masa umur manfaat yang dapat ditentukan atau umur hukum tidak terbatas
juga harus diamortisasi berdasarkan estimasi umur manfaatnya.
2.10 Penurunan Nilai Aktiva Tak Berwujud
Jika jumlah
yang tidak didiskontokan atas arus kas masuk yang diharapkan dari penggunaan
aktiva tak berwujud yang dapat diidentifikasi lebih kecil dari nilai buku yang
belum diamortisasikan, maka aktiva tak berwujud disesuaikan ke nilai wajarnya.
Kerugian penurunan ini langsung diakui sebesar perbedaan antara nilai buku dan
nilai wajar. Nilai buku aktiva yang telah direvisi akan diamortisasi selama
sisa umur manfaat aktiva tersebut, tetapi periode amortisasi tidak lebih dari 20
tahun.
2.11 Penyusutan Aktiva Tetap Berwujud
Penyusutan yaitu penurunan manfaat secara periodik atau
pengalokasian harga perolehan aktiva secara sistematik selama masa manfaat dari
aktiva bersangkutan.
2.12 Akuntansi untuk penyusutan
Ada 3 faktor yang harus dipertimbangkan dalam penyusutan:
a. Harga perolehan (cost) : Harga perolehan suatu aktiva
meliputi seluruh pengeluaran yang berkaitan dengan perolehan dan penyiapannya
untuk dapat digunakan.
b. Nilai residual atau nilai sisa (residual value / salvage
value) : Jumlah yang diperkirakan dapat direalisasikan pada saat aktiva
tersebut tidak digunakan lagi.
c. Masa atau umur manfaat aktiva tetap : Aktiva tetap
memiliki masa manfaat terbatas. Keterbatasan tersebut karena berbagai faktor
seperti keausan, kecacatan, kemerosotan nilai, kerusakan (kecuali tanah).
2. 13 Penggunaan metode penyusutan
Ada 4 metode penyusutan aktiva tetap yang dikenal secra umum yaitu:
a. Metode Garis Lurus (Straight-Line Method)
b. Metode Unit Produksi (Units-of-Production Method)
c. Metode saldo menurun (Declining Balance Method)
d. Metode jumlah angka tahun (Sum-of-the-Years-Digits Method)
2.14 Pelepasan Aktiva Tak Berwujud
Ketika sebuah
aktiva tak berwujud dijual, dipertukarkan, atau dilepaskan, biaya yang belum
diamortisasi harus dihilangkan dari akun keuntungan atau kerugian pelepasan
diakui dan dicatat. Keuntungan atau kerugian adalah sama dengan perbedaan
antara hasil bersih dari pelepasan dan biaya yang belum diamortisasi.
2.15
Aktiva Tak Berwujud Yang Dapat
Dipertukarkan
Aktiva Tak
Berwujud yang dapat dipertukarkan adalah adalah aktiva tak berwujud yang dapat
diidentifikasi sebagian dari aktiva lainnya dan dapat dijual secara terpisah.
Contohnya : mencangkup hak paten, hak cipta, merek dagang, dan waralaba, biaya
organisasi.
a.
Hak
Paten
Hak paten
adalah hak istimewa yang dikeluarkan oleh pemerintah yang memberikan kewenangan
kepada pemegang hak untuk memproduksi, menjual dan mengawasi penemuannya dalam
jangka waktu tertentu sejak hal tersebut diberikan. Suatu hak paten biasanya
tidak dapat diperbaharui, jangka waktunya bisa diperpanjang dengan memberikan
hak paten yang baru, apabila terdapat perbaikan atau perubahan pada rancangan
dasar penemuan yang lama.
Harga perolehan
suatu aktiva-aktiva tak berujud adalah kas (atau ekulivalensinya) yang
dibayarkan untuk mendapatkan hak paten. Hak paten seolah-olah diberi oleh
pemerintah. Dengan adanya hak ini, pemegang hak paten menjadi terlindung dari
kemungkinan adanya pelanggaran oleh pesaing. Perlindungan dari pesaing sangat
berguna bagi perusahaan dalam mengamankan upaya memperoleh laba melalui
penjualan barang atau jasa.
Itu sebabnya
perusahaan yang berhasil menemukan suatu produk baru, tidak segan-segan untuk
mengeluarkan sejumlah uang demi memperoleh hak paten dari pemerintah, agar pihak
lain (pesaing) tidak dibenarkan untuk memproduksi dan menjual temuan baru
tersebut. Pengeluaran untuk memperoleh hak paten dicatat dalam rekening Hak
Paten (sering disingkat Paten) dan diamortisasi selama masa tertentu.
Harga perolehan
hak paten harus diamortisasi selama masa berlaku hak tersebut atau selama masa
manfaatnya, tergantung mana yang lebih pendek. Dalam menentukan masa manfaat,
perusahaan harus mempertimbangkan kapan penemuan diperkirakan akan mulai
ketinggalan jaman, atau tidak memadai lagi dan faktor-faktor lainnya yang
menyebabkan hak paten menjadi tidak ekonomis lagi sebelum akhir masa berlaku hak
tersebut.
Untuk
memberikan gambaran mengenai perhitungan biaya paten, missal : PT Erwin Megah
membeli hak paten dengan harga perolehan Rp. 60.000.000. Masa manfaat hak
tersebut diperkirakan 8 tahun. Dengan demikian amortisasi per tahun adalah Rp.
7.500.000 (Rp. 60.000.000 : 8). Jurnal untuk mencatat amortisasi tahunan adalah
sebagai berikut.
Des
31 Biaya Paten ……………………………..
Rp. 7.500.000
Hak Paten
………………………… Rp. 7.500.000
( untuk mencatat amortisasi hak paten )
|
Biaya paten
dikelompokan dalam laporan rugi-laba sebagai biaya operasi.
b.
Hak
Cipta
Hak cipta
adalah hak yang diberikan oleh pemerintah, yang memberikan hak istimewa kepada
pemegang hak tersebut untuk memproduksi dan menjual suatu karya seni atau karya
tulis. Harga perolehan suatu hak cipta terdiri dari pengeluaran untuk
mendapatkan dan mempertahankan hak tersebut.
Maka manfaat
suatu hak cipta biasanya lebih pendek daripada masa berlakunya. Mengingat
sulitnya penentuan masa manfaat suatu hak cipta, maka hak cipta biasanya
diamortisasi dalam periode waktu yang relatif pendek.
c.
Merek
Dagang atau Nama Dagang
Merek dagang
atau nama dagang adalah kata, rangkain kata, logo, atau simbol yang membedakan
atau memberi identitas suatu perusahaan tertentu atau produk tertentu.
Contohnya
seperti Lux, Pepsodent, Indomie, atau Coca Cola. Nama dagang mempunyai manfaat
yang sangat besar bagi perusahaan dan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan
pemasarannya. Penemu atau pemakai pertama dapat memperoleh hak istimewa untuk
menggunakan merek dagang atau nama dagang atau mendaftarkannya pada pemerintah.
Apabila merek
dagang atau nama dagang dibeli, maka harga perolehan hak tersebut adalah harga
belinya.Apabila dikembangkan sendiri oleh perusahaan, maka hara perolehan
meliputi biaya hukum, biaya pendaftaran, biaya perancangan dan
pengeluaran-pengeluaran lain yang langsung berhubungan dengan perolehan hak
tersebut.
Seperti halnya
aktiva tak berujud lainnya, hak merek harus diamortasikan selama masa manfaat
atau masa berlakunya, tergantung mana yang yang lebih pendek. Mengingat
sulitnya penentuanmasa manfaat suatu hak merek, biasanya dtetapkan jangka waktu
yang relatif pendek.
d.
Franchise
(Waralaba) dan License (Perijinan)
Franchise
adalah Adalah hak yang diperoleh untuk melakukan suatu usaha tertentu, atau
memasarkan produknya, sekaligus mengikuti pola usaha, cara pengelolaan,
penggunaan logo maupun penggunaan alat usaha tertentu yang aslinya dimiliki
oleh perusahaan yang memberikan hak franchise.
Misalnya :
Kentucky Fried Chicken, California Fried Chicken, Mac Donald, atau Pizza Huts.
Periijinan
adalah hak perusahaan yang diperoleh dari pihak pemerintah baik daerah maupun
pusat untuk melakukan suatu aktivitas tertentu terkait dengan bidang usahanya.
Ijin-ijin perusahaan tentu ada jangka waktunya, dan jika masa berlakunya telah
habis maka ijin tersebut harus diperpanjang atau diperbaharui. Namun demikian
ijin usaha atau aktivitas tertentu atas terkait dengan usaha biasanya memiliki
jangka waktu 3 sampai 30 tahun, yang artinya lebih dari satu tahun buku. Untuk
itu Ijin diakui sebagai aktiva tetap tak berwujud.
Franchise dan
lisensi bisa diberikan untuk waktu terbatas, atau terbatas dengan kemungkinan
perpanjangan waktu, atau tidak terbatas. Harga perolehan suatu hak franchise
dan lisensi ialah semua pengeluaran yang diperlukan untuk mendapatkan hak
tersebut. Bila jangka waktunya terbatas, maka harga perolehan suatu hak
franchise dan lisensi adalah semua pengeluaran yang diperlukan untuk
mendapatkan hak tersebut. Bila jangka waktunya terbatas, maka harga perolehan
franchise (atau lisensi) harus diamortasi sebagai biaya operasi selama jangka
waktu ijin pengoperasian hak tersebut.
Namun apabila
jangka waktunya tidak terbatas, maka amortisasi dilakukan selama jangka waktu
ijin pengoprasian hak tersebut. Namun apabila jangka waktunya tidak terbatas,
maka amortisasi dilakukan selama jangka waktu yang ditentukan dengan taksiran
yang wajar. Jika dalam jangka perjanjian franchise tesebut pihak pemegang hak diwajibkan
membayar secara tahunan, maka pembayaran tersebut diperlakukan sebagai biaya
operasi pada periode dilakukan pembayaran.
e.
Lease
hold (Hak sewa)
Adalah hak yang
diperoleh atas suatu sewa aktiva tertentu (sewa tempat usaha, sewa gedung, sewa
mesin) yang biasanya menggunakan kurun waktu tertentu, disahkan oleh pejabat
pembuat akte (notaris).
Hak sewa
dinyatakan sebagai aktiva tetap (tak berwujud) karena dua alasan :
a)
Hak sewa
memberikan kontribusi nyata bagi perusahaan, atau dengan kata lain, atas sumber
daya (dana) yang dikeluarkan diharapkan hak sewa akan memberikan manfaat
kembali (berpotensi menghasilkan kas atau manfaat) di masa yang akan datang.
b)
Manfaat yang
akan diterima oleh perusahaan atas kepemilikan hak sewa, akan dinikmati oleh
perusahaan untuk periode waktu lebih dari satu tahun buku.
f.
Hak Penggandaan (Copyright)
Copyright
adalah hak yang berikan atas suatu penulisan, baik itu berupa karya ilmiah,
puisi, novel, maupun lyric lagu, notasi lagu/irama tertentu, script atau
scenario film tertentu. Copyright meliputi hak untuk memperbanyak dan
mengedarkannya.
g.
Biaya
Organisasi
Biaya yang
timbul dalam bentukan suatu organisasi perusahaan disebut biaya organisasi. Biaya tersebut meliputi pengeluaran
untuk biaya jasa yang dibayarkan kepada underwriters untuk pengurusan saham dan
obligasi, biaya pengurusan ijin dan akte pendirian dan biaya promosi untuk
pengenalan kepada organisasi kepada masyarakat.
Biaya-biaya
tersebut dikapitalisasi sebagai aktiva tak berujud dengan nama Biaya
Organisasi. Sebenarnya biaya organisasi akan bermanfaat selama hidup
perusahaan, tetapi dalam praktik perusahaan menetapkan masa manfaat dengan
taksiran tertentu yang dianggap wajar. Seperti halnya aktiva tak berujud
lainnya, biaya organisasi juga diamortisasi selama jangka waktu tertentu.
h.
Goodwill
Aktiva tak
berujud terbesar yang biasanya nampak dalam neraca perusahaan adalah goodwill.
Goodwill adalah
segala atribut yang memberi nilai atau citra yang menguntungkan yang melekat
pada suatu perusahaan.
Dalam hal ini
termasuk diantaranya: manajemen yang istimewa, lokasi yang strategis, hubungan
baik dengan para konsumen, karyawan yang terlatih, produk dengankualitas
tinggi, hubungan yang harmonis dengan para karyawan.
Hal-hal yang
positif seperti ini apabila dimiliki perusahaan, akan menaikkan nilai
perusahaan. Semakin banyak hal positif yang dimiliki perusahaan, maka akan
bertambah semakin tangguh pula perusahaan itu. Ada yang berpendapat bahwa
goodwill mencerminkan keuntungan yang diharapkan diatas keuntungan normal. Oleh
karena itu goodwill merupakan suatu aktiva tak berujud yang berbeda dari aktiva
tak berujud lainnya. Goodwill tidak bisa dijual tanpa mengalihkan atau menjual
perusahaannya, karena goodwill hanya dapat diindetifikasi dengan perusahaan
sebagai keseluruhan.
Persoalan yang
timbul apabila goodwill hanya dapat diindetifikasi dengan perusahaan secara
keseluruhan adalah bagaimana menentukan besarnya goodwill tersebut. Berbagai
faktor seperti disebutkan di atas (manajemen yang istimewa, lokasi yang
strategis dan sebagainya) banyak ditemukan pada berbagai perusahaan, tetapi
menentukan besarnya goodwill sangat sulit dan sangat subyektif. Hal ini mudah
dimengerti, karena penentuan goodwill tanpa melalui transaksi pertukaran akan
menyebabkan penilain menjadi subyektif dan laporan keuangan menjadi kurang
dapat dipercaya. Oleh karena itu, goodwill akan hanya dicatat apabila timbul
dari transaksi pertukaran yang meliputi pembelian perusahaan secara keseluruhan.
2.16 Biaya Research Dan Pengembangan
Biaya research
dan pengembangan bukan aktiva tak berujud, tetapi karena
pengeluaran-pengeluaran ini berhubungan dengan hak paten dan hak cipta maka
pengeluaran tersebut akan dibahas pada makalah ini. Banyak perusahaan melakukan
pengeluaran yang cukup besar jumlahnya untuk keperluan research dan
pengembangan dalam rangka mendapatan produk baru atau proses yang lebih baik.
Pada perusahan-perusahaan raksasa seperti IBM, Toyota, atau Mitsubishi,
pengeluaran untuk keperluan ini mungkin melebihi anggaran belanja sebuah negara
sedang berkembang.
Research dan
pengembangan memiliki sejumlah masalah akuntansi: (1) kadang-kadang sulit untuk
mengaitkan pengeluaran pada proyek tertentu, dan (2) seringkali terdapat
ketidakpastian mengenai manfaat dari pengeluaran tersebut, baikbesarnya maupun
kapan manfaat tersebut akan diperoleh. Oleh karena itu pengeluaran untuk
research dan pengembangan biasanya dicatat sebagai biaya pada waktu terjadi
pengeluaran. Pengeluaran seperti ini tidak memperhatikan apakah pengeluaran
akan berhasil atau tidak berhasil:
Sebagai contoh,
semisal PT Ardi Perkasa melakukan pengeluaran sebesar Rp. 30.000.000,00 untuk
biaya research dan pengembangan. Research dan pengembangan ini telah
menghasilkan dua penemuan yang sangan berhasil dan telah memperoleh dua hak
paten. Walaupun demikin, pengeluaran untuk research dan pengembangan tidak
dapat dimasukkan dalam harga perolehan hak paten, melainkan tetap harus
diperlakukan sebagai biaya pada periode dikeluarkannya biaya tersebut.
Banyak ahli
tidak menyetujui pendekatan akuntansi ini. Mereka berpendapat bahwa dengan
memperlakukan pengeluaran research dan pengembangan sebagai biaya, akan
menyebabkan aktiva dan laba bersih menjadi terlalu rendah. Namun pihak lain
berpendapat, bahwa dengan mengkapitalisasi pengeluaran ini hanya akan
menimbulkan aktiva yang sifatnya sangat spekulatif dalam neraca. Pendapat mana
yang benar sangat sulit untuk ditentukan. Perbedaan pendapat ini menunjukan
betapa sulitnya menetapkan suatu acuan yang tepat dalam pelaporan keuangan.
2.17 Penyajian Dalam Laporan Keuangan
Pada umumnya
aktiva tetap dilaporkan bersama-sama dengan sumber alam, tetapi aktiva tidak
berujud dilaporkan tersendiri setelah aktiva tetap. Pelaporan harus cukup jelas
dan bila perlu diberi catatan tambahan, baik dalam laporan itu sendiri atau
dalam catatan atas laporan keuangan. Selain itu, metoda depresiasi atau
amortisasi yang digunakan juga harus dijelaskan dan jumlah depresiasi atau
amortisasi untuk tahun yang bersangkutan juga disebutkan.
Contoh
penyajian aktiva tetap, sumber alam dan aktiva tak berujud dalam neraca adalah
sebagai berikut:
PT.
Sepuntene
Neraca
sebagian
Aktiva Tetap
Tambang batu bara, atas dasar
Harga
perolehan, dikurangi deplesi …… Rp 95.400.000
Gedung dan peralatan, atas
Dasar
harga perolehan ……….. Rp 2.207.100.000
Kurangi: Akumulasi
depresiasi 1.229.000.000
987.100.000
Jumlah
aktiva tetap
……………. Rp 1.073.500.000
Aktiva tak berujud
Hak
Paten
…………………………
410.000.000
Jumlah
……………………………..
Rp 1.483.500.000
|