ini cerita tentang teman jauh saya
sebut saja namanya Alfin, ia laki-laki yang kini berusia 21 tahun
sebut saja namanya Alfin, ia laki-laki yang kini berusia 21 tahun
ia
terlahir dari keluarga yang berada, dengan ayah yang memiliki usaha
percetakan dan ibu seorang dosen di salah satu universitas negeri di
surabaya
apa yang ia mau serba tercukupi dan tidak ada hal yang mahal menurutnya
namun semua itu berubah kala ia selesai SMA
ia tidak mau kuliah, padahal ia termasuk siswa berprestasi sejak kecil dan biaya pun tentu tak dipungkiri lagi
namun, ia malah memutuskan untuk berjualan kelontong dipasar
bergumul dalam beceknya sisa air bekas tempat ikan dan bau-bau sampah yang menggunung dipojok pasar
ia berjualan cabe, bawang merah dan putih, terkadang jika musim bunga turi, ia juga berjualan turi.
pertemuan saya yang sepintas membekas dihati saya tentang sosoknya
perawakannya putih bersih, tak cocok jika harus melantai diselembar koran sebagai alasnya
jika tak ada pembeli, ia sibuk memilah cabe yang kurang bagus ke wadah, yang nantinya ia akan jual lebih murah
dari jauh saya perhatikan, dagangannya nampak sepi
ia memang masih baru dipasar
belum banyak pelanggannya, berbeda dengan yang ada di depannya
karena sedikit iba, saya pun menghampiri dan membeli sekilo cabe serta bawang merah
saat ia menimbang, percakapan kami berlangsung
"baru ya mas."
"iya."
"umurnya berapa, masih muda sekali."
"saya 19 tahun."
"masih sekolah."
"baru lulus kemarin."
saya hanya mangut-mangut, lalu membayar.
dan hari-hari kemudian saya selalu belanja padanya sambil berbincang-bincang
dari sinilah saya tahu jati dirinya, meskipun bukan perkara mudah
ia menyembunyikan sekali identitasnya. namun dengan beberapa trik dari saya, ia akhirnya mulai terbuka
"saya takjub dengan sampeyan. jarang ada anak muda yang mau melakukan ini."
"saya
bosan dengan kehidupan saya. rasanya datar-datar saja. beberapa kali
melihat orang tua teman saya yang sudah akhirnya saya tersentuh."
"kenapa memilih berjualan. kenapa tidak bekerja yang lain."
"saya
ingat kata guru saya, 'pekerjaan yang paling membawa keberkahan kata
Rasulullah adalah berdagang sejara jujur', maka saya memilih ini."
"ow (semakin takjub, ia tidak sekedar memilih). trus modalnya."
"saya pinjem ayah, trus kalau ada untung saya cicil."
astagfirullah, bahkan ia tidak mau meminta modal pada orang tuanya.
"apa tidak kepikiran untuk kuliah."
"kuliah
bisa nanti. jualan ini juga sekalian belajar untuk besok. saya tidak
ingin hanya berpangku tangan dan mengandalkan kepintaran. saya ingin
mengandalkan seluruh kemampuan saya untuk sesuatu yang berharga. kali
saja besok bisa lebih baik lagi."
kini sudah dua tahun menuju tiga tahun pertemanan kami, saya mulai berkaca padanya
meskipun dagangannya belum berkembang pesat, ia sudah mampu mengembalikan uang ayahnya
sungguh, ia adalah pribadi yang harusnya memjadi contoh anak muda Indonesia
yang tidak hanya mengandalkan ijazah untuk melamar pekerjaan
mengharap gaji besar dan hidup enak
padahal, pekerjaan yang dimulai dari bawah akan menghasilkan sesuatu yang lebih besar nantinya
sedangkan jika langsung dari tengah atau atas, terkadang hasilnya biasa-biasa saja
inilah sepenggal kisah dari teman yang memberikan secercah asa